Patahan Lembang, Potensi bencana yang masih asing di telinga masyarakat Bandung

0
4968
obat kuat,libion,libiceng,phuceng,madu stamina,madu phuceng,sehatshop,stamina pria,madu,jahe merah,purwoceng

Kabarnesia.com – Indonesia, Negeri kita tercinta ini, memang sudah sejak lama dikenal sebagai negeri yang kaya akan energi, mineral dan sumber daya pertambangan. Namun keadaan itu harus dibayar dengan kayanya Indonesia akan sumber daya bencana, terutama gempa bumi.

Indonesia diketahui berdiri diatas lempeng-lempeng tektonik yang sangat aktif bergerak. Bahkan para ahlo geologi mengatakan kalau Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Tak ayal keadaan itu menimbulkan kekhawatiran tersendiri tatkala lempeng-lempeng besar itu saling bereaksi dan bertumbuk, tentu akan menghasilkan energi gempa yang cukup besar merusak sendi-sendi perekonomian masyarakat.

Saat ramai pemberitaan mengenai gempa-gempa besar yang terjadi di pulau sumatera beberapa bulan yang lalu, disinggung mengenai potensi megathrust yang disebut-sebut berpotensi menghadirkan gempa sangat besar, sekuat 8,9 Skala Richter dan diikuti tsunami besar. Wilayah yang terimbas gempa itu adalah di Sumatra Barat dan sepanjang bibir pantai barat sumatera. Jika memang terjadi, Gempa ini bisa mengancam sekitar 1,3 juta jiwa yang tinggal di sepanjang bibir pantai barat Sumatra.

Sementara di sumatera memiliki megathrust, di Jawa, terutama Jawabarat dan lebih khusus lagi, Bandung, memiliki potensi gempa besar yang berada di sekitar patahan lembang. Apa itu patahan lembang? Dilansir dari Kompas, Patahan Lembang merupakan retakan sepanjang 22 kilometer, melintang jauh dari timur ke barat. Berawal di kaki Gunung Manglayang di sebelah timur dan menghilang sebelum kawasan perbukitan kapur Padalarang di bagian barat. Patahan lembang berada tepat di antara Gunung Tangkubanparahu dan dataran Bandung sehingga membentuk dua blok, utara dan selatan. Sebuah dinding raksasa sepanjang 22 kilometer terbangun oleh naiknya permukaan tanah di blok selatan dan turunnya permukaan tanah di blok utara. ”Tembok” itu membentengi pemandangan orang di utara ke arah selatan. Gerakan blok batuan itulah yang mengirim gempa.

sesar lembang,patahan lembang

Meskipun banyak yang meragukan potensi gempa patahan lembang, namun Eko Yulianto, peneliti dari Pusat Penelitian Geoteknologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yakin potensi itu masih ada, salah satu alasannya adalah didasari dari rekam jejak sejarah yang mana patahan lembang pernah menggoyang bandung dengan kekuatan 6,8 skala Richter 2.000 tahun lalu dan berlanjut gempa 6,6 Richter yang terjadi sekitar 500 tahun lalu. Selain gempa besar itu, juga tercatat gempa lain berskala kecil dari tahun 1972, 1999, 2000, 2003, 2005, hingga 2011. Tentu ini bukan persoalan yang bisa dianggap remeh!

Selain eko, A Soehaimi, Seorang Peneliti Pusat Survei Geologi Badan Geologi juga mengamini adanya potensi gempa yang berepisentrum di sesar atau patahan lembang. Dikutip dari okezone, Soehaimi mengatakan “Patahan aktif naik berpotensi bencana gempa bumi,” ujarnya mengamini adanya potensi itu.

Patahan Lembang Masih Asing

sesar lembang

Sebuah studi yang dilaksanakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI yang bertajuk Kajian Kesadaran Publik dalam Pengurangan Risiko Bencana Gempa Bumi di Wilayah Cekungan Bandung dan Sekitarnya mengemukakan fakta hasil survey yang mencengangkan.

Hasil studi yang menyurvei tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah Cekungan Bandung dan sekitarnya tentang Patahan Lembang menemukan fakta kalau Sebagian besar siswa (62,7 persen) dan kalangan rumah tangga (62 persen) dari 607 responden yang terdiri dari guru, siswa, dan kalangan rumah tangga menjawab tidak tahu tentang Patahan Lembang.

Selain berpegang pada fakta ilmiah berupa survey diatas, kami juga kebetulan memiliki narasumber dan kontributor yang berasal dari bandung. Dari yang kami perhatikan, sebagian besar dari mereka tidak tahu tentang patahan lembang, apalagi potensi bencananya. Bahkan mereka yang selama ini merasa aman-aman saja tidak terlalu tertarik saat membahas tentang patahan lembang.

Sebuah realita sosial yang sebenarnya menghawatirkan, sebab masyarakat cenderung menutup telinga ketika mendengar adanya kabar mengenai potensi bencana, perlukah hal itu terbukti dulu dengan hadirnya bencana? bukankah lebih baik mencegah dari mengobati? Tentunya untuk mengatasi hal ini, perlu adanya sosialisasi dari pemerintah setempat untuk meminimalisir jika bencana terjadi. Dan tentu tidak hanya sosialisasi, kebijakan pemerintah setempat juga harus berwawasan tanggap bencana demi meminimalisir jatuhnya banyak korban yang tak diharapkan.

Sumber foto: sachrul.blogspot.com, Blog seorang Ahli Geologi.

Comments

comments