
Kabarnesia.com – Idul Adha adalah puncak ibadah haji dan hari berqurban. Di Indonesia sendiri, Idul Adha kerap diidentikan dengan penyembelihan hewan qurban oleh masyarakat yang mampu untuk kemudian dibagikan kepada kaum yang membutuhkan. Namun tidak hanya itu, ternyata ada juga tradisi unik yang ada di beberapa daerah di Indonesia menjelang Idul Adha ini. Apa sajakah tradisi unik tersebut?
Tradisi Apitan di Semarang
Menjelang Idul Adha, warga Kelurahan Sampangan, Kota Semarang, Jawa Tengah, terbiasa mengadakan tradisi sedekah bumi atau baisa disebut “Apitan”. Apitan ini dilangsungkan dengan mengarak tumpeng dan hasil bumi di jalan raya. Tradisi ini sudah berlangsung turun temurun dan masih berlangsung sampai saat ini. Tradisi Apitan dimaksudkan sebagai wujud rasa syuku kepada Sang Pencipta atas limpahan rejeki kepada warga.
Bentuk syukur disimbolkan dengan arak-arakan hasil bumi yang disusun bertumpuk, misalnya padi, cabai, terong, jagung, tomat, dan masih banyak lagi. Arak-arakan ini biasanya berujung di kantor kelurahan setempat. Di daerah ini prosesi tradisi Apitan selesai dengan dilakukannya pembacaan doa bagi keselamatan seluruh warga. Di akhir acara pula, masyarakat yang hadir diberi kesempatan untuk berebut gunungan hasil bumi yang baru saja selesai diarak. Sebagaian warga masih percaya bahwa dengan mendapatkan aneka jenis hasil bumi tersebut akan mendatangkan berkah.
Tradisi Manten Sapi di Pasuruan
Di Pasuruan, Jawa Timur, ada juga tradisi yang cukup unik. Tradisi yang sudah turun temurun digelar setiap menjelang Idul Adha ini biasa dilakukan warga Desa Wates Tani, Kecamatan Grati. Warga menyebutnya “Manten Sapi” atau pengantin sapi. Tradisi ini digelar sehari menjelang Idul Adha dan merupakan cara warga setempat untuk menghormati hewan qurban yang akan disembelih. Layaknya mantenan atau pernikahan, sapi-sapi ini akan dirias secantik mungkin.
Sapi akan dikalungi hiasan bunga tujuh rupa agar terlihat cantik atau tampan layaknya pengantin. Tubuh mereka kemudian diselubungi kain putih. Setelah prosesi menghias selesai, sapi-sapi itu diarak ratusan warga menuju masjid untuk diserahkan ke panitia qurban. Tak lupa pula, ratusan ibu-ibu pun juga meramaikan dengan membawa perlatan rumah tangga serta bumbu untuk persiapan saat memasak daging sapi.
Tradisi Jemur Kasur di Banyuwangi
Di sebelah timur Pasuruan, tepatnya di Kabupaten Banyuwangi, juga ada tradisi unik menjelang Idul Adha, yakni tradisi menjemur kasur. Tradisi ini digelar dengan niat untuk menolak bala dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Tarian Gandrung mengawali rangkaian tradisi jemur kasur yang setiap tahun digelar warga Desa Adat Using, Kemiren. Setiap mendekati Idul Adha pada bulan Dzulhijjah warga setempat menggelar tradisi menjemur kasur secara masal.
Berbeda dengan umumnya, kasur warga Using Kemiren ini seluruhnya berwarna hitam dan merah atau biasa disebut kasur gembil. Bagi warga setempat, kasur gembil mempunyai makna tersendiri, yaitu warna hitam yang melambangkan langgeng dan warna merah melambangkan keberanian. Tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun ini selain untuk memebrsihkan kasur setelah selama setahun terakhir dipakai, juga untuk menghormati datangnya Bulan Haji (Dzulhijjah).
Tradisi Mudik di Madura
Di Madura, Jawa Timur, tradisi yang lain daripada yang lain adalah mudik atau pulang kampung menjelang Idul Adha. Bagi warga Pulau Garam, tradisi mudik memang bukan disaat Idul Fitri seperti warga di daerah lain, melainkan menjelang Idul Adha. Tradisi mudik menjelang Idul Adha ini nampak di Pelabuhan Perak di Surabaya dan di jembatan Suramadu. Warga berjubel antre menyeberang di pelabuhan dan jembatan terpanjang di Indonesia itu. Sebagian besar diantaranya bahkan menggunakan motor.
Grebeg Gunungan di Yogyakarta
Tradisi “Grebeg Gunungan” biasa digelar Keraton Yogyakarta setiap menjelang Idul Adha. Ritual tersebut sudah menjadi tradisi tahunan bagi keraton. Dengan dikawa prajurit dan dua ekor kuda, tiga buah gunungan grebeg diarak terlebih dahulu dari keraton melewati alun-alun utara menuju masjid. Setelah dibacakan doa, tiga buah gunungan yang terdiri dari 1 gunungan lanang dan 2 gunungan putri tersbeut diperebutkan oleh warga yang hadir. Konon gunungan yang diperebutkan bisa mendatangkan berkah.
Begitu ragamnya kebudayaan Indonesia hingga tercipta banyak tradisi unik. Tidak hanya di hari-hari biasa, bahkan menjelang Idul Adha juga banyak tradisi yang dilakukan warga suatu daerah. Semoga saja tradisi seperti ini tetap lestari dan tidak hilang terkikis perkembangan jaman.