
Menaklukan 50 gunung dalam 40 hari bagi orang biasa rasanya seperti mustahil. Akan tetapi tidak bagi Willem Sigar Tasiam, pelari marathon ini sebelumnya telah memecahkan rekor sebanyak 40 gunung hanya dalam waktu 32 hari.
Willem Sigar Tasiam adalah anak paling tua dari 5 bersaudara. Kedua orang tuanya, Marie Katuk dan Arnold Tasiam adalah warga asli Manado. Ayah Willem bekerja sebagai pegawai PT Pelni sehingga hidup mereka berpindah-pindah dari Pontianak sampai Jakarta.
Willen adalah pria kelahiran 22 Februari 1958. Ia telah memecahkan beberapa rekor pendakian dengan berlari maraton. Pada tahun 2004 silam, Willem mendaki 14 gunung hanya dalam waktu 20 hari di Jawa, Bali, dan Sumbawa. Kemudian tahun berikutnya masih dengan rute yang sama tetapi jumlah gunung yang didaki bertambah yaitu 20 gunung dalam waktu 26 hari.
Pada tahun 2007, Willem mendaki 23 gunung dalam waktu 22 hari. Kemudian pada tahun 2009, ia juga masih dalam rute Jawa-Bali-Sumbawa dengan mendaki 24 gunung dalam 24 hari yang artinya ia mampu mendaki satu gunung dalam satu hari. Rekor terakhir yang ia pecahkan adalah tahun 2014 lalu saat ia berusia 56 tahun dengan mendaki 40 gunung dalam 32 hari.
“Persiapan untuk tahun ini sama seperti yang sebelumnya. Porsi latihannya memang diperbanyak, tapi jogging saja, di Jakarta,” ujar Willem, Minggu (24/4/2016). Dari tanggal 26 April-4 Juni 2016, Willem sedang melakukan marathon 50 gunung mulai dari gunung Kelimutu (NTT) sampai dengan Sibayak(Sumatera Utara).
“Inerie (NTT) baru pertama kali saya daki. Gunung Batukau di Bali juga baru, di Lampung juga ada satu gunung baru. Selebihnya, hampir semuanya familiar,” jelasnya. Gunung slamet merupakan salah satu contoh gunung yang sudah sering ia daki bahkan lebih dari 70 kali. Hampir dari semua daftar 50 gunung yang pernah ia daki terdapat gunung yang sudah pernah ia daki lebih dari 10 kali.
Kali ini tantangan pendakian yang menurutnya paling berat adalah Inerie (NTT) karena ini juga merupakan pertama kalinya Willem mendaki gunung di Kabupaten Ngada, Flores. “Gunung Inerie kan salah satu gunung jarang didaki. Kemarin saya mampir, pijakannya bahkan belum ada. Ini cukup menjadi tantangan terutama saat turun,” tambah Willem.
Willem sendiri sangat berharap agar cuaca akan mendukung saat pendakian, apalagi jika puncaknya berupa pasir, karena hal itu bisa menjadi tantangan yang sangat berat jika cuaca buruk dan tidak mendukung. “Rinjani, Semeru, Agung lewat jalur Besakih, Slamet, juga Kerinci. Lain halnya gunung dengan kontur hutan, tidak terlalu masalah,” tutupnya.