
Aksi terorisme seperti sudah menjadi menu harian bagi masyarakat Indonesia. Teror bom bunuh diri yang dilakukan oleh oknum yang telah dilatih dan didoktrin sebagai jalan jihad ini beberapa kali menghiasi halaman utama media-media utama di Indonesia.
Masyarakat Indonesia sendiri seperti sudah tidak kaget, tidak heboh dan bisa dikatakan tidak lagi takut dengan adanya aksi teror bom ini. Karena jelas teror bom ini tidak ditujukan kepada mereka, tetapi pada tempat-tempat yang telah ditentukan oleh kelompok teroris dan kebanyakan menyasar pada tempat yang mereka anggap adalah sarang maksiat atau tempat berkumpulnya orang orang yang mereka anggap kafir.
Senin 27 Februari 2017 aksi teror kembali terjadi. Sebuah bom berdaya ledak rendah meledak di sebuah taman bermain di Kelurahan Arjuna, Cicendo, Bandung. Ledakan ini sempat menghebohkan warga sekitar dan juga aparat keamanan yang tengah disibukkan dengan persiapan penyambutan Raja Salman dari Arab Saudi.
Ledakan bom panci di Bandung ini dilakukan oleh pelaku kelas amatir dan tidak menimbulkan korban jiwa, hanya saja kerugian materiil justru menimpa kantor kelurahan Arjuna yang menjadi lokasi persembunyian sang pelaku selepas meledakkan bom di taman.
Pelaku yang dalam kondisi terluka di bagian kaki akibat terkena ledakan bomnya sendiri melarikan diri dan menuju ke kantor kelurahan Arjuna karena panik. Pelaku yang membawa senjata tajam dan senjata api laras pendek mengancam petugas kelurahan yang sedang bekerja.
Dari kejadian teror bom bandung ini tak diduga terjadi aksi heroik dari dua pelajar SMA N 6 Bandung yang terlibat dalam pengejaran dan penangkapan sang pelaku peledakan bom. Lupy M dan Syafii Nurhikmah adalah dua pelajar yang berani mengejar dan memojokkan pelaku teror hingga terjebak di Kantor Kelurahan Arjuna.
Pada saat kejadian ledakan dua pelajar ini tengah mengikuti kegiatan olah raga, lalu mendengar suara ledakan dari arah taman. Melihat seorang yang berlari dan mencurigakan mereka berinisiatif mengejarnya, dan ternyata benar adanya bahwa yang mereka kejar adalah pelaku peledakan bom.
Pelaku yang kemudian diketahui bernama Yayat Cahdiyat 42 tahun warga Ciharashas, Sirnagalih, Cilaku, Cianjur, Jawa Barat ini sempat berhenti dan menantang dua pelajar yang mengejarnya. Tapi karena dalam keadaan terdesak, kemudaian Yayat kembali berlari dan kemudian terpojok di Kantor Kelurahan.
Selain Lupy dan Syafii, aksi pengejaran juga diikuti delapan rekannya yang kemudian turut bergabung membantu evakuasi pegawai kelurahan yang ketakutan ketika Yayat masuk dan mengacungkan senjata tajam.
Aksi pelajar SMA 6 Bandung ini terbilang heroik karena berkat upaya mereka, pelaku dapat dipojokkan hingga menunggu petugas kepolisian dan Densus Anti Teror datang ke lokasi. Aksi delapan pelajar pemberani ini mendapat apresiasi dari Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil.
Ridwan Kami merasa sangat bangga dengan aksi sepuluh pelajar itu, di luar kelaziman sekelompok anak sekolah berani dan berinisiatif mengejar orang yang gerak geriknya mencurigakan selepas kejadian meledaknya bom. Mereka bisa menjadi inspirasi dan contoh, tidak hanya untuk pelajar di kota Bandung lainnya tetapi juga untuk seluruh warga Bandung untuk ikut menjaga keamanan dan kedamaian kota Bandung.
Ridwan Kamil akan memberikan penghargaan berupa karangan bunga dan gelar sekolah teladan kepada sekolah asal 10 pelajar tersebut. Dan khusus untuk 10 pelajar tersebut akan mendapatkan seragam tempur Dinas kebakaran dan penanggulangan Bencana Kota Bandung.