
Blitar adalah sebuah Kota Kabupaten di Selatan Jawa Timur, berada tepat disebelah selatan Kota kediri. Blitar yang secara geografis berupa pegunungan dan perkebunan teh ini memiliki udara yang relatif sejuk dan alam yang asri.
Meski tidak begitu populer seperti kota-kota besar lainnya, Blitar ternyata di pilih oleh Bung Karno sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi Presiden pertama Republik Indonesia tersebut. Makam Bung Karno di Blitar juga menjadi salah satu ikon wisata kota ini dan menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk mengunjungi kota ini.
Namun jauh sebelum Bung Karno dimakamkan di Blitar, kota ini sudah lebih dahulu menjadi saksi sejarah pertempuran dalam perang kemerdekaan Republik Indonesia. Pasukan PETA yang merupakan prajurit bentukan masa pendudukan Jepang pernah melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Jepang di Indonesia.
Monumen PETA, dibangun untuk memperingati kejadian bersejarah yang terjadi pada tahun 1945, dimana saat itu Kota Blitar merupakan pusat terjadinya pemberontakan tentara PETA melawan tentara Jepang yang dipimpin oleh Soedanco Soepriyadi.
Untuk menghormatinya di bangun sebuah Monumen yang terletak di depan bekas markas PETA, tepatnya di Jl. Soedanco Soepriyadi. Monumen ini berbentuk sebuah patung yang mengangkat tangan kanannya, sebagai symbol bahwa dia tidak pernah menyerah untuk berjuang. Patung tersebut terlihat memakai seragam tentara Jepang, lengkap dengan topinya.
Monumen ini ditujukan untuk mengenang pahlawan yang gugur dalam pertempuran tersebut agar dapat menyemangati para generasi muda dalam melanjutkan perjuangan Indonesia menjadi Negara yang besar. Monumen ini sempat mengalami pemugaran dan kemudian diresmikan ulang pada tanggal 14 Februari 2008 yang bertepatan pada hari peringatan Pemberontakan PETA di Blitar.
Monumen Trisula
Disamping Monumen PETA, kota Blitar yang juga banyak menyimpan sejarah perjuangan juga punya Monumen Trisula. Monumen ini juga ditujukan untuk meghormati salah satu perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kedamaian dan kemerdekaan. Monumen ini diinspirasi oleh Gerakan Trisula. Gerakan Trisula ini ditujukan untuk menumpas para pemberontak dari partai komunis yang berada di sebelah selatan Blitar. Gerakan ini berhasil karena adanya kerjasama antara tentara Indonesia dan rakyat setempat. Semangat untuk menumpas para pemberontak harus diwarisi oleh para generasi muda, dan berdasarkan alasan inilah maka Monumen Trisula dibangun.