Olimpiade Musim Dingin, Jadi Pendingin Hubungan Dua Korea

4
447
Kepala delegasi Korea Utara, Ri Son Gwon bersama rekan Korea Selatan Cho Myoung-gyon seusai pertemuan mereka di desa gencatan senjata Panmunjom, di zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea, Korea Selatan, 9 Januari 2018. (Sumber foto : Reuters)
obat kuat,libion,libiceng,phuceng,madu stamina,madu phuceng,sehatshop,stamina pria,madu,jahe merah,purwoceng

Kabarnesia.com – Polemik dua kubu Korea, Korea Utara dan Korea Selatan mungkin akan membaik. Pasalnya, Korea Utara telah sepakat untuk mengirim delegasi tingkat tinggi ke Olimpiade Musim Dingin bulan depan di Pyeongchang. Pyeongchang, sekitar 180kmTimur Seoul, akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin (Olympic Winter Games) pada bulan Februari hingga Maret mendatang. Olimpiade musim dingin dinilai menjadi pendingin hubungan kedua negara dibalik carutnya permasalahan nuklir Korea Utara.

Sejak menjabat pada bulan Mei tahun 2017, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mencoba untuk meningkatkan dialog dan keterlibatan dengan Korea Utara, dibalik dukungan sanksi keras terhadap Pyongyang yang mengembangkan senjata nuklir dan rudal balistik.

Korea Utara dan Korea Selatan sepakat untuk mengadakan perundingan militer guna memperbaiki hubungan. Kepala delegasi Korea Utara, Ri Son Gwon bersama rekan Korea Selatan Cho Myoung-gyon mengadakan pertemuan di desa gencatan senjata Panmunjom, di zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea, Korea Selatan, Selasa (9/1).

Negara-negara sekutu mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa mereka telah sepakat untuk meredakan ketegangan militer saat ini dan mengadakan perundingan militer untuk menangani masalah ini.

Korea Utara juga sepakat pada hari Selasa untuk berpartisipasi dalam Olimpiade Pyeongchang yang akan diadakan pada bulan Februari di Korea Selatan. Tawaran Korea Utara untuk mengirim delegasi ke Olimpiade Musim Dingin, yang akan dimulai pada bulan Februari di Kota Pyeongchang, Korea Selatan, merupakan terobosan bagi Mr. Moon, pembicara Korea Selatan untuk Korea Utara.

Kesepakatan tersebut merupakan kemajuan diplomatik antar dua negara setelah berbulan-bulan meningkatnya ketegangan program senjata nuklir Pyongyang. Kedua belah pihak juga sepakat untuk membuka kembali hotline militer yang telah terbengkalai sejak Februari 2016.

Seoul menyerukan diskusi antara organisasi Palang Merah negara-negara sekutu, serta perundingan militer yang dirancang untuk mengurangi kemungkinan terjadinya konflik karena kecelakaan atau salah perhitungan.

“Mari kita persembahkan orang-orang dengan hadiah tahun baru yang berharga.Ada sebuah pepatah bahwa sebuah perjalanan yang ditempuh dua berlangsung lebih lama daripada perjalanan yang dilakukan sendirian,” kata Ri Son-gwon, Ketua Komite Korea Utara untuk penyatuan kembali damai tanah air dan kepala delegasi negara tersebut, dikutip dari The Guardian (9/1).

Belum ada pengumuman resmi mengenai pembentukan tim Korea Utara. Hanya dua atlet Korea Utara yang lolos ke Olimpiade – figure skaters Ryom Tae-ok dan Kim Ju-sik, meskipun mereka melewatkan tenggat waktu partisipasi dan akan memerlukan izin IOC.

Baca Juga : Tolak Pencalonan: Pendirian Risma Berbuah Bunga

Kewaspadaan Negara Sekutu

Amerika Serikat telah menyatakan dukungan “waspada” untuk pembicaraan antar-Korea dan sepakat untuk menunda latihan militer bersama dengan Korea Selatan sampai pertandingan usai.

Presiden AS Donald Trump, yang sebelumnya telah mengatakan bahwa perundingan dengan pemerintah Kim tidak ada gunanya, minggu ini menyebut perundingan baru tersebut adalah hal yang baik yang datang sebagai hasil dari sikap “tegas dan kuat”.  AS akan terlibat dalam negosiasi pada waktu yang tepat.

Namun Departemen Luar Negeri  menyuarakan kekhawatiran di mana Pyongyang (Ibukota Korea Utara) mungkin mencoba mengemudikan antara Washington dan Seoul dalam melemahkan upaya Pimpinan A.S. Dan memaksa Korea Utara melepaskan pengembangan rudal bertipe nuklir yang mampu menyerang Amerika Serikat.

Dilansir dari New York Times, Heather Nauert, juru bicara Departemen Luar Negeri, mengatakan  administrasi Trump masih menilai apakah Amerika Serikat mendukung perundingan langsung antara Korea Selatan dan Korea Utara yang mengecualikan Amerika Serikat. “Saat ini, jika kedua negara memutuskan bahwa mereka ingin melakukan pembicaraan, itu pasti akan menjadi pilihan mereka,” katanya.

Nauert menambahkan bahwa jika tujuan Kim dalam mengusulkan pembicaraan langsung dengan Korea Selatan adalah untuk memisahkan Amerika Serikat dan Korea Selatan. “Strategi semacam itu tidak akan berhasil. Itu tidak akan terjadi,” ungkapnya.

Baca juga artikel menarik lain terkait politik dan informasi terkini lainnya di Kabarnesia.

Comments

comments

4 KOMENTAR

Comments are closed.