
Kabarnesia.com – Sekitar pukul 11.55 WIB, Senin siang (15/1) Lantai 2 Tower 2 Gedung Bursa Efek Indonesia, Sudirman, Jakarta, runtuh. Hal yang sedang ramai diperbincangkan di berbagai media lokal maupun luar ini, ternyata masih belum diketahui penyebab pasti yang memicu insiden tersebut.
Jika ditinjau dari beberapa contoh gedung-gedung yang mengalamai keruntuhan di berbagai belahan dunia, maka bisa saja runtuhnya selasar Gedung BEI diduga memiliki faktor penyebab yang sama.
Pada 11 Desember 1993, di Selangor Malaysia ada Highland Towers yang mengalami keruntuhan, diduga penyebab utama keruntuhan adalah dinding penahan serta sistem drainase yang buruk dan juga maintenance yang buruk. Dinding penahan tidak mampu menopang beban yang ada.
Lalu di New Delhi India, ada Delhi Building yang kontruksinya rata dengan tanah, kontruksi yang asal menjadi faktor utama terjadinya insiden ini. Sang pemilik gedung membuat flat murah secara ilegal tanpa memperhatikan aspek-aspek keselamatan dan dengan biaya cukup murah untuk dapat meraih keuntungan. Kontruksi ini dibangun tidak sesuai dengan aturan yang ada.
Selanjutnya ada Royal Place Hotel di Thailand, dari peristiwa ini polisi menahan pemilik hotel, arsitek serta insinyur yang menangani pembuatan hotel tersebut, karena pada tahun 1990 mereka telah melakukan penambahan lantai pada gedung tersebut tanpa izin, selain itu di bagian atap juga digunakan sebagai tempat penampungan air dalam jumlah besar, yang menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian beban, sehingga terjadi keruntuhan.
Hotel New World di Singapura juga mengalami hal serupa. Seusai kejadian tersebut, sebagaimana yang telah disimpulkan oleh tim peneliti, kesalahan yang sangat parah dalam desain asli bangunan. Para insinyur bangunan tersebut telah membuat struktur fondasi gedung tersebut kelebihan beban yang sangat parah.
BACA JUGA:
- Kronologi Ambruknya Selasar Gedung BEI
- Gempa Guncang Peru, Ratusan Rumah Roboh dan Dua Orang Meninggal
Dan di seoul Korea Selatan, terdapat Sampoong Departement Store yang runtuh karena adanya unsur kelalaian menjadi indikator utama terjadinya insiden ini. Dalam masa pembangunannya, kolom fondasi dinding dan ruangan lebih tipis dan ukurannya semakin dikurangi, maka bisa dibilang secara terang-terangan mengabaikan prosedur konstruksi yang benar. Namun, sebelum terjadinya keruntuhan, sebenarnya telah terlihat retakan yang cukup luas di seantero gedung, namun pemilik gedung tidak melakukan tindakan apapun.
Jika kembali menengok pada peristiwa yang terjadi di BEI, Ahli Teknik Sipil ITB Profesor Iswandi Imran mengatakan, untuk mengetahui pasti penyebab ambruknya selasar, harus dilakukan analisis lebih dalam. Analisis bisa dilakukan dalam kurun satu bulan ke depan.
“Paling sebulanlah. Materialnya diambil, dikumpulkan, dikaji secara mikroskopis. Ada luka lama apa nggak. Material (bangunan) juga sama kayak manusia, bisa mengalami luka lama. Lukanya itu tidak terjadi sekaligus, tapi bertahap,” kata Iswandi, dikutip detikcom Selasa (16/1).
Iswandi juga menyatakan kemungkinan adanya fatigue (kelelahan) dari bangunan tersebut. “Bisa juga karena fatigue (kelelahan). Karena beban berulang dan ekstrem. Kita juga kalau terus kerja lama-lama fatigue juga,” pungkasnya.
Baca juga artikel menarik lainnya terkait kabar nasional atau informasi terkini lain di Kabarnesia.