Salju Tebal di Timur Tengah, Babak Akhir Bumi atau Fenomena Biasa?

0
884
Fenomena salju di timur tengah
Timur Tengah diselimuti salju sejak Kamis (25/1) (Foto: Eramuslim)
obat kuat,libion,libiceng,phuceng,madu stamina,madu phuceng,sehatshop,stamina pria,madu,jahe merah,purwoceng

Kabarnesia.com – Seberapa seringkah Anda mendengar turunnya salju di Timur Tengah? Atau pernahkah Anda mendengar bahwa negara-negara Timur Tengah memang memiliki musim dingin, tetapi tidak pernah ada salju sebelumnya?

Tergantung di bagian manakah Timur Tengahnya. Di tempat-tempat, seperti Uni Emirat Arab, Oman, Yaman, atau Arab Saudi, maka suhu selama musim dingin adalah suhu 23 derajat Celsius yang merupakan suhu hangat.

Di bagian Utara Timur Tengah, tempat-tempat seperti Lebanon, Israel, Palestina, dan Suriah memiliki iklim yang jauh lebih dingin. Ibu kota Lebanon, Beirut, kadang-kadang mendapat 900 mm atau hujan per tahun, yang hampir dua kali lipat dari London.

Beirut, terkadang mempunyai suhu bervariasi, terutama pada awal Februari. Seperti salju dan dingin yang ekstrem kadang kala menjadi masalah yang mengoyak banyak pengungsi, terutama di Lebanon dan Suriah.

Salju pertama di Timur Tengah memang terjadi pada tahun 2013 setelah hampir 100 tahun tidak pernah turun salju. Diawali dengan badai dingin di Timur Tengah 2013, juga disebut sebagai Alexa, terjadi pada bulan Desember,  yang juga berpengaruh pada iklim di Israel, Turki, Siprus, Suriah, Lebanon, Yordania, Palestina, dan Mesir.

Badai tersebut menyebabkan kekacauan bagi jutaan orang miskin dan pengungsi di seluruh wilayah, terutama para pengungsi yang menderita dari konflik Suriah. Begitu pula dengan tahun-tahun setelahnya.

Tapi, bedanya dengan tahun 2018 ini adalah volume salju yang turun begitu banyak, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.

Sebuah kejadian yang termasuk langka ini, melanda Timur Tengah pada hari Kamis (25/1) dan Jumat (26/1), menyelimuti sebagian wilayah Israel, Yordania, Suriah dan Lebanon dengan salju.

Jalan-jalan di dalam dan di luar Yerusalem ditutup dan di ibu kota Yordania Amman jalanan juga tampak sepi. Tidak hanya jalan bahkan padang pasir juga tertutup salju.

Ibukota Suriah, Damaskus dan gunung-gunung sekitarnya juga tertimbun salju. Sementara itu, badai salju di negara tetangganya, Lebanon menutup sebagian besar jalan pegunungan, serta mengisolasi desa-desa.

Dilansir dari The National, Senin (29/1), Kantor Berita Saudi Press Agency menyatakan, di Arab Saudi bagian utara juga terkena badai salju dan cuaca dingin yang terjadi pada hari Jumat (26/1). Diperkirakan hujan salju akan berlanjut dari Sabtu pagi sampai Sabtu siang di daerah Al-Zuhr di Alqan Center dan Jabal Al-Luz, termasuk pos perbatasan.

Begitu pula dengan Iran. Setelah berbulan-bulan menunggu salju tiba, Teheran mendapati hujan salju pada hari Minggu (28/1), yang akhirnya menutup bandara dan sekolah tapi membuat senang para komunitas ski.

Sekitar 20 provinsi di barat dan utara Iran terkena dampak hujan salju yang dimulai Kamis (25/1) lalu dan mencapai puncaknya pada Sabtu (27/1) malam, dengan beberapa daerah pegunungan menerima sebanyak 1,3 juta salju, menurut Kantor Berita IRNA.

Bandara Imam Khomeini Internasional dan Mehrabad ditutup karena tidak adanya visibilitas “sampai pemberitahuan lebih lanjut”, kata televisi pemerintah tersebut.

Salju tebal di Saudi Utara
Salju tebal di Saudi Utara (Foto: Islamidia)

Padang pasir sahara juga diselimuti salju tahun ini

Menurut laporan berita di Aljazair, sekitar 40 cm salju turun hari Minggu (28/1) di wilayah Ain Sefra, di barat laut negara tersebut. Terdapat suhu yang panas di hari itu, tapi membeku di malam hari. Sahara memang terkenal dengan suhu ekstrimnya.

Para ahli mengatakan bahwa hujan salju jarang terjadi meskipun tidak ada yang tahu seberapa jarangnya, karena padang pasir sangat luas dan hanya ada sedikit fasilitas pemantauan.

BACA JUGA:

“Di Sahara, masalahnya adalah kelembaban, bukan suhu,” ujar Stefan Kropelin, seorang ahli geologi di Universitas Cologne di Jerman yang telah meneliti iklim Sahara selama bertahun-tahun, mengatakan dalam sebuah wawancara telepon, dikutip dari Straits Times, Senin (29/1).

“Sahara sama besarnya dengan Amerika Serikat, dan hanya ada sedikit stasiun cuaca,” tambahnya. “Jadi konyol mengatakan bahwa ini adalah yang pertama, kedua, ketiga kalinya turun, karena tidak ada yang tahu berapa kali salju turun di masa lalu kecuali mereka berada di sana.”

Rein Haarsma, seorang peneliti iklim di Royal Netherlands Meteorological Institute, memperingatkan agar tidak menganggap gurun pasir yang tertutup salju dipengaruhi oleh polusi.

Tapi Haarsma mengatakan udara dingin yang bertiup dari Atlantik Utara mungkin menjadi penyebabnya. Haarsma menjelaskan angin dingin tersebut biasanya menyapu Skandinavia dan bagian lain Eropa. Namun dalam kasus ini, sistem tekanan tinggi di Benua Eropa telah mengalihkan angin tersebut ke selatan.

Salju di gurun Sahara. Credit pic : @BouchetataK

Kamel Sekkouri, yang tumbuh di daerah Ain Sefra, mengatakan bahwa dia telah melihat salju di sana lima kali dalam 40 tahun terakhir.

Dia menggambarkan adegan itu sebagai, “luar biasa, tidak dapat dipercaya, ajaib, sensasional.”

“Ketika Anda berjalan di bukit pasir bersalju, Anda merasa seperti berada di Mars atau Uranus,” tambahnya.

Baca juga artikel menarik lainnya terkait Kabar Internasional atau informasi terkini lain di Kabarnesia.

 

Comments

comments