
Kabarnesia.com – Campuran ancaman ISIS dan pemberontakan domestik dari kelompok militan lokal, bersamaan dengan persaingan regional yang lebih luas, akhirnya memaksa negara-negara Timur Tengah untuk mengembangkan angkatan bersenjata mereka.
Belum lagi dengan Trump yang terus memprovokasi negara-negara Timur Tengah. Berawal dari Trump menantang Suriah dan Iran 2017 lalu, hingga berpindahnya ibu kota Israel ke Yerussalem.
Perkembangan militer di Timur Tengah juga tidak bisa dianggap enteng dan sepele, mengingat banyak negara-negara di Timur Tengah yang sangat ‘kaya’.
Untuk memahami kekuatan api negara-negara Timur Tengah, sebuah bagan berisi daftar nama-nama negara yang dibuat oleh Global Firepower Index, memasukkan peringkat dari 106 negara berdasarkan lebih dari 50 faktor, termasuk anggaran militer secara keseluruhan, tenaga kerja yang tersedia, dan jumlah peralatan dan senjata yang dimiliki masing-masing negara, serta akses terhadap sumber daya alam.
Daftar ini sama sekali tidak berarti analisis akhir, tetapi juga berfokus secara eksklusif pada kuantitas. Indeks ini juga tidak memperhitungkan keuntungan, seperti sistem senjata canggih atau stok nuklir. Namun, indeks tersebut memberikan perkiraan yang masuk akal tentang kesiapan militer dasar suatu negara.

Pada tahun 2017 Global Firepower Index (GFP) memasukkan 15 nama negara Timur Tengah yang mempunyai kekuatan besar dalam kemiliterannya, antara lain sebagai berikut:
- Turki
- Mesir
- Israel
- Iran
- Saudi Arabia
- Suriah
- Iraq
- United Emirat Arab
- Yaman
- Yordania
- Oman
- Kuwait
- Qatar
- Bahrain
- Lebanon
Lokasi geografis juga akan memainkan peran besar dalam pertempuran perang.
BACA JUGA:
- Kala Peperangan Besar Dimulai Oleh Turki dan Amerika di Suriah
- Bernahkah kemenangan Donald Trump 2016 Silam Berkat Rusia?
Iran akan bertahan sampai akhir. Meskipun militernya berada di peringkat keempat, ia memiliki pegunungan dan gurun yang relatif tidak berpenghuni sebagai zona penyangga antara dirinya dan wilayah Timur Tengah lainnya.
Iran juga memiliki populasi yang jauh lebih besar untuk digunakan. Mengingat bahwa di Irak saat ini ada banyak ketidakstabilan dan kelompok teroris di dalam negaranya.
Kekuatan Ekonomi
Timur Tengah mempunyai lebih dari separuh cadangan minyak dunia dan merupakan wilayah pengekspor minyak utama dunia.
Sebagai konsumen minyak terbesar di dunia, A.S. memiliki kepentingan dalam mempertahankan jual beli minyak dan gas dari kawasan ini.
Meskipun A.S benar-benar hanya mengimpor sedikit minyaknya dari Timur Tengah. Minyak adalah komoditi yang tak tergoyahkan, dan ekonomi A.S tetap rentan terhadap lonjakan harga minyak dunia yang tiba-tiba.
Pusat keuangan dan logistik juga berkembang seiring dengan beberapa rute perdagangan lintas benua tersibuk di dunia. Salah satu titik terang ekonomi kawasan ini dalam hal perdagangan dan perdagangan ditemukan di Teluk Persia.
BACA JUGA: Hotel Intercontinental Kaboul yang Menjadi Langganan Serangan di Afghanistan
Emirat Dubai dan Abu Dhabi di Uni Emirat Arab (UEA), bersama Qatar, bersaing menjadi pusat keuangan utama kawasan ini.
Negara-negara ini pernah mengalami penurunan ekonomi terdalam sejak tahun 1990-an sebagai akibat dari turunnya harga minyak. Meskipun banyak negara pengekspor minyak pulih dari krisis keuangan tahun 2008.
Berbagai faktor seperti melemahnya permintaan, pertikaian OPEC, dan peningkatan produksi minyak dalam negeri A.S telah berkontribusi pada penurunan harga minyak ini.
Meski demikian, perekonomian Timur Tengah masih dianggap mencengangkan. Sebagai contoh:
Qatar adalah negara terkaya di dunia dalam hal produk domestik bruto (PDB) per kapita, sementara Yaman, yang hanya 700 mil jauhnya, berada di urutan ke 194,9.
Arab Saudi memiliki cadangan minyak yang hingga kini terbukti memiliki 265 miliar barel. Wilayah itu memiliki perbatasan hampir 500 mil dengan Yordania, yang hanya memiliki 1 juta barel minyak cadangan.
Menurut Indeks Kebebasan Ekonomi 2016, yang diterbitkan oleh The Heritage Foundation dan The Wall Street Journal, Bahrain berada di urutan ke-18 dunia dalam hal kebebasan ekonomi, dan Iran berada di peringkat 171.
Beberapa di antara negara itu memang sudah memiliki rencana untuk bersekutu menghadapi perang, jika memang akan terjadi.
Bukan hanya untuk menghadapi Trump dan Amerika saja, tetapi juga negara-negara tetangga mereka yang dikiranya membahayakan bagi perdamaian umat.
Baca juga artikel menarik lainnya terkait Kabar Internasional atau informasi terkini lain di Kabarnesia.
[…] Timur Tengah dan Segala Kekuatannya Untuk Mempersiapkan Perang […]
Comments are closed.