
Kabarnesia.com – Media sosial di zaman ini berkembang begitu cepat, baik dari sisi isinya maupun bagaimana pengguna berinteraksi dengannya, sehingga para peneliti sulit menyesuaikan diri. Namun, para ahli mengatakan kesimpulan penelitian terbaru yang lebih konsisten, meski kabar tersebut tidak bagus bagi setiap orang.
Tidak ada orang yang tidak menggunakan media sosial saat ini. Mulai dari yang anak kecil, hingga kakek dan nenek. Seorang karyawan biasa bahkan presiden.
Dari namanya saja sudah pasti media sosial digunakan untuk bersosialisasi. Membantu kita dalam berkomunikasi dengan orang yang sudah kita kenal atau bahkan belum pernah kita temui sebelumnya.
Juga bukan sekedar untuk berkomunikasi, tapi digunakan untuk membuka bisnis. Tidak hanya itu banyak orang juga menggunakan media sosial sebagai tempat ‘curhat’ dan tempat untuk mencari hiburan, di mana para pengguna sosial seperti ini sering merasa kesepian di dunia nyata.
Karena media sosial tidak mempunyai batas ruang, waktu, dan tempat, membuat banyak orang kecanduan memakai sosial media.
Kecanduan inilah yang akhirnya berdampak pada perubahan suasana hati (mood) dan juga menyerang kesehatan mental.
Semakin kita menggunakan media sosial, semakin sedikit kita merasa bahagia. Satu penelitian beberapa tahun yang lalu menemukan bahwa penggunaan media sosial dikaitkan dengan kebahagiaan sesaat dan kepuasan hidup yang sedikit.
BACA JUGA:
- ‘Hotel California’, Lagu yang Diakuisisi Sebuah Hotel
- Terpisah Sekian Lama, Superman Kembali dengan Celana Dalam Merahnya
Pakar belum pernah sepakat apakah kecanduan internet itu nyata, apalagi kecanduan media sosial, namun ada beberapa bukti bagus yang keduanya ada.
Sebuah studi tinjauan dari Nottingham Trent University melihat kembali penelitian sebelumnya mengenai karakteristik psikologis, kepribadian dan penggunaan media sosial.
Mereka juga menemukan bahwa motivasi untuk penggunaan jaringan sosial yang berlebihan diukur dari jenis orang berbeda bergantung pada sifat-sifat tertentu.
Seperti introvert dan ekstrovert yang menggunakan media sosial karena alasan yang berbeda, seperti juga orang-orang dengan ciri narsistik.
Penelitian juga telah menemukan bahwa jika ada seseorang yang mengalami depresi, biasanya foto di Instagram lebih cenderung menampilkan foto yang lebih biru, lebih tebal, dan lebih gelap dengan wajah lebih sedikit.
BACA JUGA: 5 Film Paling Ditunggu Pada 2018
Media sosial juga tampak membuat banyak orang lebih stres. Penelitian lain pada 2017 melihat anak berusia 18 sampai 22 tahun dan bagaimana media sosial mempengaruhi tingkat kekhawatiran mereka.
Semakin banyak waktu yang mereka habiskan untuk itu setiap hari, “Semakin besar asosiasi dengan gejala kecemasan dan kemungkinan gangguan kesehatan mental yang lebih besar,” kata Anna Vannucci, peneliti dari Connecticut Children’s Medical Center. “Kami pikir pengunaan sosial media bisa memperparah stres,” tambahnya, dikutip Time, Senin (02/2).
Sebenarnya, penelitian lain menemukan bahwa penggunaan media sosial dikaitkan dengan perasaan untuk mengasingkan diri mereka lebih besar.
Tim melihat seberapa banyak orang menggunakan 11 situs media sosial, termasuk Facebook, Twitter, Google+, YouTube, LinkedIn, Instagram, Pinterest, Tumblr, Vine, Snapchat dan Reddit, dan menghubungkannya dengan ‘pengasingan diri yang mereka rasakan’.
Tidak mengherankan, ternyata semakin banyak waktu yang dihabiskan orang untuk situs-situs ini, semakin besar mereka merasa diasingkan. Dan pengasingan diri itulah salah satu hal terburuk bagi kita, secara mental dan fisik.
Baca juga artikel menarik lainnya terkait Entertainment atau informasi terkini lain di Kabarnesia.