
Kabarnesia.com – Aksi penyerangan Gereja Lidwina, Bedog, Sleman, Yogyakarta pada Ahad pagi (11/02), mengundang keprihatinan dari berbagai kalangan. Aksi yang dilakukan di tengah jalannya peribadatan umat Katolik turut menuai kecaman dari berbagai pihak. Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (GP) Ansor menduga dibalik aksi penyerangan, pasti ada motif tertentu.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas atau yang lebih akrab disapa Gus Yaqut turut mengutuk peristiwa tersebut. Yaqut menerka dalam aksi penyerangan belakangan ini terdapat motif atau agenda setting tertentu.
“Kami minta aparat kepolisian usut tuntas kasus ini dan apa motifnya di belakangnya. Jangan asal dibilang pelakunya diduga gila. Masak dari semua kejadian pelakunya gila semua. Aneh,” ujar Yaqut, di sela acara Diklat Terpadu Dasar Pimpinan Cabang GP Ansor Korea Selatan, di Stella Marina Hotel, Incheon, Korea Selatan, Minggu (11/2)
Gus Yaqut mengatakan, menurut info yang diterima pihaknya, Suliyono, pelaku penyerangan Gereja St Lidwina sudah mulai terindikasi oleh pikiran radikalisme agama pasca Pilkada DKI Jakarta. Selain sebagai mahasiswa, Suliyono juga diketahui menjadi santri di Pondok Pesantren Sirojul Muhlisin, Topo Lelono, Secang, Magelang, Jawa Tengah.
Menurutnya, dengan latar belakang pelaku seperti itu, maka secara jelas pasti ada motif di balik serangkaian kasus penyerangan Gereja di Sleman. Selain motif agama, lanjut dia, sangat mungkin ada motif politik di belakangnya.
BACA JUGA:
Kasus ini tidak berselang lama dengan kasus yang juga menimpa tokoh agama lain, dengan itu Gus Yaqut yakin bahwa pelaku kasus penyerangan Gereja kali ini tidak benar-benar gila. Dan oleh karenanya Yaqut meminta pihak kepolisian untuk terus mengidentifikasi dengan tuntas kasus tersebut.
“Sebab itu, sekali lagi saya minta aparat mengusut tuntas kasus ini, termasuk kasus-kasus sebelumnya,” ujar Yaqut.
Aksi penyerangan itu bermula ketika pelaku bernama suliyono membawa samurai sepanjang satu meter masuk ke dalam Gereja St Lidwina saat misa sedang berlangsung. Pelaku menyerang umat yang ada di dalam gereja secara anarkis. Romo Edmund Prier SJ yang tengah memimpin ibadah tersebut juga turut terkena serangan. Perabot dan perbendaan yang ada di dalam gereja ikut menjadi sasaran pelaku untuk dihancurkan.
Belakangan, pelaku yang diketahui berumur 23 tahun merupakan warga Banyuwangi, Jawa Timur. Di Yogyakarta, ia tinggal berpindah-pindah tempat. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian DIY Ajun Komisaris Besar Yulianto menyatakan, terdapat 5 orang korban yang sedang dirawat di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada.
Baca juga artikel menarik lainnya terkait Kabar Nasional atau informasi terkini lain di Kabarnesia.