
Kabarnesia.com – Black Panther, film ini merupakan yang pertama di banyak bidang: sebuah film blockbuster Marvel yang disutradarai oleh seorang African American, Ryan Coogler, dan dibintangi oleh pemeran yang hampir seluruhnya hitam yang dipimpin oleh Chadwick Boseman sebagai karakter utama King T’Challa (“Black Panther” sendiri).
Tidak hanya itu, para pemain pendukung lain berkulit hitam yang diikutsertakan, seperti Michael B. Jordan sebagai penjahat bernama Killmonger, Danai Gurira sebagai Okoye kepala penjaga istana, dan Lupita Nyong’o sebagai Nakia, wanita yang dicintai Black Panther sekaligus mata-mata kerajaan di dunia luar.
Tapi apa yang benar-benar revolusioner tentang film ini adalah ekspansinya yang menakjubkan dan meninggalkan kesan ‘wah’ untuk penontonnya.
Dengan berbagai kostum yang membangkitkan kemewahan Afrika dengan pencahayaan sempurna berwarna kulit coklat, merah dan emas tua.
Tidak lupa pemandangan panoramanya, air terjun dan dataran luas Wakanda diselingi dengan realitas Afro-futuristik yang didukung oleh zat paling menakjubkan di alam semesta Marvel: Vibranium.
Di sini, untuk pertama kalinya dalam sejarah Hollywood, masyarakat Afrika yang terorganisir dengan baik, secara teknis maju dan teratur, dengan berani dan tanpa malu-malu digambarkan di layar lebar.
Trailer film Black Panther #blackpanterinme #insearchofwakanda #tchallabelike
Wakanda: Surga yang tersembunyi
Wakanda yang digambarkan dalam film ini adalah sebuah negara kecil yang terletak di Afrika khatulistiwa, dikelilingi oleh negara-negara Narobia, Uganda, Kenya, Somalia, dan Ethiopia, dan dinamai untuk penduduk asli penduduknya, orang-orang Wakandan.
Wakanda mempunyai bangsa yang sangat kontras. Berbeda dari dunia nyata, yang notabene Afrika terleihat seperti memiliki kesukuan yang kental dalam pemerintahan dan relatif primitif dalam aspek budaya tertentu, tetapi di dalam film ini Wakanda memiliki teknologi yang ternyata lebih canggih daripada di tempat lain di bumi.
BACA JUGA:
- Black Panther, Ulasannya dan Sejarah Untuk Film Anti-Rasis Masa Depan
- Terpisah Sekian Lama, Superman Kembali Dengan Celana Dalam Merahnya
Tanah air Black Panther ini, diimpikan sebagai semacam utopia afro-futuris sebuah fantasi tentang bagaimana sebuah bangsa Afrika modern bisa seperti itu, jika ia mampu mengolah sumber daya alamnya sendiri tanpa adanya ancaman campur tangan asing.
Berkat meteor berisi vibranium yang menabrak tanahnya ribuan tahun yang lalu Wakanda menjadi satu-satunya tempat dengan ladang logam terbanyak di bumi.
Fundamental terkuat dari Wakanda ini dijelaskan oleh hampir semua tokoh dalam Black Panther bahwa benda tersebut merupakan “logam terkuat di dunia.”
Anda tidak perlu tahu terlalu banyak tentang sains mengenai hal ini, cukup pahami bahwa vibranium mampu menyerap energi kinetik dan melepaskannya kembali, dan persediaan yang hampir tak habis-habisnya telah membuat Wakanda menjadi bangsa yang paling berteknologi dan maju di bumi.
Masyarakatnya tetap hidup dalam ketentraman karena rajanya secara bijaksana merahasiakan Wakanda dari keserakahan dan kekejaman “penjajah,” begitulah orang-orang Wakanda memanggil orang-orang Barat, termasuk Amerika. Singkatnya, Wakanda adalah impian orang hitam Afrika.
Wakandan juga memiliki bahasa mereka sendiri, yang “diputar” di film oleh Xhosa, bahasa bantu yang diucapkan di Afrika Selatan.
Aktor Afrika Selatan John Kani, yang berperan sebagai ayah Black Panther, T’Chaka, mengemukakan ide bahasa ini saat syuting Captain America: Civil War. Tapi, penonton tak perlu khawatir, Marvel tentu tak mungkin meninggalkan subtitle atau terjemahannya agar mudah dimengerti para penonton.
Musik Khas Lingkungan Afrika
Tidak seperti kebanyakan film Marvel lainnya, musik di film ini terasa mengalun mengalir bersama adegan-adegan dalam film tersebut sangat khas. Suara yang hanya bisa didengar kalau Anda pergi ke Afrika.
Alunan instrumen dan gemuruh drumnya, nyanyian yang seperti ritual justru memperkuat adegan dan mendorong tokoh dalam film ini jadi lebih bersinar, hingga mampu meyakinkan penonton bahwa tokoh-tokoh tersebut juga berasal dari Afrika, padahal sebenarnya tidak.
Pria yang bertanggung jawab untuk menciptakan musik di film ini bernama Ludwig Goransson. Ia mengungkapkan bahwa ia menghabiskan beberapa waktu di Afrika, berinteraksi dengan musik dan musisi dari benua tersebut.
Goransson mengubah nada, menyimpan suara sinematik dan kemenangan, ciri yang biasa didengar di sebagian besar film superhero namun memastikan untuk menanamkan suara, tekstur, dan nyanyian melange khas Afrika.
Selain instrumennya, Anda juga tidak boleh melupakan soundtrack movie Black Panther, yang dibawakan oleh penyanyi hip-hop fenomenal yang juga berkulit hitam, Kendrick Lamar.
Lagu yang dia bawakan itu menembus pasar dunia dan debut pada Billboard album 200 chart nomor satu. Black Panther adalah soundtrack kedua yang mencapai nomor satu di Billboard 200 pada tahun 2018, mengikuti The Greatest Showman, yang menghabiskan dua minggu di peringkat teratas (tertanggal 13 dan 20 Januari).
Album ini juga merupakan soundtrack hip hop pertama yang mencapai nomor 1 sejak Fast & Furious 7 pada bulan April 2015, juga merupakan soundtrack hip hop pertama yang masuk dalam dua minggu atau lebih di nomor satu sejak Bad Boy II berada di peringkat pertama selama empat minggu pada bulan Agustus 2003.
Kebrutalan Aksi
Seperti biasa, adegan action edit cut-to-cutnya rapi, dan bisa dibilang smooth, yaitu ketika adegan di bar Korea dan saat Black Panther dan sepupunya Erik Killmonger bertarung memperebutkan tahta raja.
Apik. Pada adegan di bar pertarungan sengit antara jendral dan bawahan pencuri vibranium Klaw di lantai dua bar tersebut memiliki camera movement yang tidak kasar.
Adegan lalu dipindah dengan gerakan slow motion ke arah Nakia di lantai bawah yang gaya bertarungnya merupakan campuran dari judo, jiujitsu, dan silat. Tidak ada pengambilan gambar yang gegabah bahkan pencahayaannya pun seimbang untuk action scene. ‘Not too dark or not too bright’.
Sedangkan, adegan dimana kedua sepupu saling bertarung di bibir air terjun, juga cukup mengesankan, selain adegannya yang memang dibuat senatural mungkin, dan tanpa ada stunts dari kedua tokoh tersebut, membuat adegan bertarung tersebut jadi yang paling diingat.
Dalam sebuah wawancaranya dengan Chandra Liow, youtuber asal Indonesia, Ryan Coogler selaku sutradara Black Panther mengatakan adegan bertarung tersebut dibuat dengan kebrutalan yang nyata agar penonton juga ikut merasakan pertarungan tersebut.
Nah, film Black Panther ini menyadarkan kita bahwa masih banyak ras, suku dan bahasa lainnya, serta tidak semua superhero harus berkulit putih yang asalnya dari Amerika.
Bagaimana dengan Anda? Apa pendapat Anda mengenai film Black Panther?
Baca juga artikel menarik lainnya terkait film atau informasi terkini lain di Kabarnesia.
[…] Black Panther: Pameran Surga Bangsa Afrika […]
Comments are closed.