
Kabarnesia.com – Pemilihan Capres 2019 memang tinggal menghitung bulan. Tapi warna-warni dan ricuh politik sudah menggema di semester pertama 2018.
Kali ini, masyarakat lebih kritis dalam merumuskan pilihan calon pemimpin, bukan hanya karena janji masyarakat dapat ‘dibeli’ dengan mudah. Apalagi setelah banyak kejadian mengenai penodaan agama, pembunuhan ulama, dan mencuatnya kasus korupsi terbesar di Indonesia.
Jokowi yang notabene masih duduk di kursi nomor satu tersebut juga dinilai tidak kalah gugup untuk maju kembali di bursa Pilpres 2019 yang akan datang. Dan akhirnya, PDI Perjuangan mendeklarasikan Jokowi kembali sebagai capres saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III di Grand Inna Bali Beach Hotel, Jumat (23/2) lalu.
Menyusul setelahnya, sebanyak delapan partai politik (parpol) sudah menyatakan dukungan untuk Joko Widodo menjadi calon presiden (capres) pada 2019 mendatang. Partai-partai oposisi pun menyatakan siap bertarung menghadapi Jokowi dan partai pengusungnya tersebut.
Sedangkan, Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyiapkan sembilan nama kader internal sebagai calon presiden dan calon wakil presiden untuk maju di Pilpres 2019.
Nama Tuan Guru Bajang kini sudah beredar di hasil survei sejumlah lembaga survei politik. Namanya muncul, baik sebagai capres maupun cawapres, meski persentase elektabilitasnya belum setinggi tokoh senior lain, seperti Jusuf Kalla.
Memang, elektabilitas Jokowi mengalami penurunan konsisten karena berbagai hal. Sementara, elektabilitas capres-capres lain naik meski tidak tinggi. Sebab, banyak kinerja Jokowi yang dinilai tidak sesuai dengan janji-janjinya saat kampanye Pilpres 2014 lalu.
Survei Poltracking Indonesia menunjukkan, elektabilitas Prabowo pada November di kisaran 27 persen, menjadi 29,9 persen atau naik 2,9 persen pada Februari 2018. Prabowo Subianto diprediksi masih akan jadi calon terkuat pesaing Jokowi.
Dalam paparan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, hanya Prabowo yang menjadi pesaing utama Jokowi dengan tingkat popularitas mencapai 92,5 persen. Itu merupakan elektabilitas tertinggi kedua setelah Jokowi.