
Kabarnesia.com – MNLF (Moro National Liberation Front) adalah upaya untuk meraih kemerdekaan bagi umat Muslim minoritas di Moro.
Tahun 1972, Nur Misuari sebagai pemimpin MNLF bersama pendukungnya mendeklarasikan rencana mendirikan Republik Bangsa Moro melalui Moro National Liberation Front (MNLF) yang memiliki tujuan untuk mencapai kebebasan penuh kepada bangsa Moro dan merdeka dari penjajahan di Filipina.
MNLF sendiri muncul dari ketidakpuasan sebagian masyarakat yang mempunyai pengaruh cukup signifikan di dalamnnya.
Hal ini dilihat dari sebagian pendapat yang ditulis oleh para peneliti, bahwa MNLF muncul untuk melawan rezim Marcos dan penjajahan Barat Spayol dan Amerika yang sedang berkuasa dengan ketidakadilannya saat itu. Di sisi lain juga ingin melindungi nasib orang-orang Islam pribumi Filipina yang terdikriminasi.
Menurut Jhon L Eposito dari hasil karyanya yang berjudul Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, memberikan tambahan informasi, bahwa kemunculan pergerakan MNLF ini dilatarbelakangi oleh tiga faktor.
Diantaranya adalah:
- Untuk melindungi kepentingan dan identitas budaya Moro (Muslim Filipina).
- Tanggapan terhadap manifestasi historis dan minoritas Muslim di Filipina.
- Percepatan program integrasi dan pembangunan nasional selama tahun 1950-an sampai 1960-an.
Cita-cita dan tujuan MNLF sendiri memang ingin mendirikan negara Islam terlepas dari pemerintahan negara Filipina. Karena pada rezim Marcos, ia telah melakukan kebijakan yang dianggap tidak adil untuk umat Muslim di Filipina.
Ia secara terang-terangan menghilangkan tradisi, kebudayaan dan peradaban Islam.
Contoh lainya adalah dihilangkannya hukum syariah. Faktor kedua adalah dari segi aspek politik dan terdiskriminasinya masyarakat Muslim atau golongan elit Muslim dalam percaturan politik regional.
Apalagi pihak pemerintah juga jarang memberikan perhatian dengan masalah yang dihadapi oleh para umat Muslim di Filipina Selatan.

Bergabungnya MNLF dengan keamanan perbatasan antara Filipina-Indonesia
Negara tetangga Indonesia, Filipina baru-baru ini memfokuskan diri untuk menjaga gerbang maritimnya. Ketua pendiri MNLF Nur Misuari mengatakan, pasukannya akan mengeluarkan bala tentaranya untuk ikut serta membantu.
Misuari berbicara kepada ribuan pendukung dan anggota MNLF di Kota Davao, di mana mereka sedang memperingati ulang tahun pendirian organisasi itu, dan Pembantaian Jabidah, yang memicu pemberontakan Moro yang berusia puluhan tahun di Mindanao.
“Pemerintah Indonesia telah memberi tahu saya, dan Presiden telah memberi imprimatur untuk menerima proposal bahwa kami akan mengerahkan 10 kapal laut besar di sekitar perairan teritorial kami,” katanya.
Dia mengatakan, setengah dari pasukan akan datang dari Angkatan Darat Indonesia, sementara angkatan bersenjata Filipina akan diwakili oleh MNLF.
Tidak jelas presiden mana yang disebut Misuari untuk memberikan perintahnya atas keikutsertaan dan partisipasi MNLF.
BACA JUGA:
- Kala Pejabat Jerman ‘Sengit’ Terhadap Penduduk Muslim
- Siapkah Australia Menjadi Bagian Dari Asia Tenggara?
Tetapi dapat diingat bahwa, pada bulan Januari, Presiden Filipina Rodrigo Duterte bertemu dengan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi di Davao untuk membahas rencana negara mereka guna menjaga perbatasan maritim mereka melawan teroris.
Menurut Marsudi, Duterte telah menandakan bahwa Filipina ingin meningkatkan kolaborasinya dengan Indonesia melalui kesepakatan pasukan gabungan.
Perairan teritorial Indonesia dan zona ekonomi eksklusifnya (ZEE) dipatroli oleh Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Laut (TNI-AL).
Memberhentikan gerakan teroris
Pemerintah Indonesia pernah berterima kasih pada MNLF untuk membantu pembebasan warganya yang diculik oleh Abu Sayyaf.
Ryamizard mengatakan, setidaknya 3.500 pejuang ISIS telah kembali dari Irak dan Syriah, di mana sekitar 1.300 sampai 1.500 diantaranya telah menjadikan Indonesia dan Filipina sebagai target penyebaran ideologi tersebut.
Ironisnya, pejabat Indonesia malah mengidentifikasi MNLF sebagai salah satu kelompok yang diduga telah dimasuki oleh ISIS.
Pada hari Minggu (18/3), Misuari mengatakan bahwa inisiatif tersebut akan menjadi yang terbaru dalam demonstrasi kelompok tersebut di jalur lain, karena ada beberapa negara yang mencoba untuk mencemarkan nama organisasi mereka dan menculik beberapa warga negara yang tidak bersalah, serta membawa mereka ke Filipina untuk menciptakan kesalahpahaman tentang rakyat mereka.
Filipina dan Indonesia telah secara aktif membahas masalah keamanan perbatasan sebagai bagian dari keprihatinan bersama mereka.
Pada 2017, Presiden Jokowi dan Presiden Filipina, Duterte sepakat bahwa mereka akan meningkatkan upaya keamanan melawan ancaman serangan teroris yang mengatasnamakan Islam di Asia Tenggara.
Baca juga artikel menarik lainnya terkait Kabar Internasional atau informasi terkini lain di Kabarnesia.
[…] Mengenal MNLF dari Filipina Serta Kerjasamanya dengan Indonesia […]
Comments are closed.