Nasib Dokter Terawan Si Pemilik “Terawan Theory”

0
839
Dokter Terawan
Dokter Terawan terancam terkena sanksi dari Majelis Kehormatan Etik Kedokteran terkait terapi Terawan miliknya yang dinilai tidak ilmiah (Foto: Solopos)
obat kuat,libion,libiceng,phuceng,madu stamina,madu phuceng,sehatshop,stamina pria,madu,jahe merah,purwoceng

Kabarnesia.com – Kehidupan seorang dokter ternama yakni dokter Terawan Agus Putranto sedang dalam sorotan publik. Bagaimana tidak? Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Indonesia 2015 itu saat ini tengah dalam proses pemecatan 12 bulan dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Merujuk surat putusan MKEK bernomor 009320/PB/MKEK-Keputusan/02/2018, dokter Terawan dinilai melanggar beberapa kode etik kedokteran.

Bagi seorang dokter Terawan, metode pengobatannya ini mengatasi penyumbatan pembuluh darah di otak dan sudah teruji serta tidak perlu diragukan lagi.

Dokter Terawan berbicara bahwa metodenya ini telah teruji secara ilmiah. Tetapi metodenya mengundang berbagai polemik di masyarakat luas. Ia mengkalim pengobatan dengan metode cuci otak dapat menyembuhkan penyakit stroke.

“Jadi kalau itu diuji secara ilmiah sudah dilakukan melalui disertasi, dan disertasi sebuah universitas yang cukup terkemuka, menurut saya adalah hal yang harus dihargai,” kata Terawan dalam konferensi pers di RSPAD, Rabu (4/4).

Namun, IDI mecabut izin keanggotaannya sementara sejak 26 Februari 2018 sampai 25 Februari 2019 mendatang. Hal itu disebabkan, IDI menilai terapi yang ia lakukan memiliki cacat uji klinis dan tidak ilmiah. Dalam keputusannya Majelis Kehormatan Etik Kedokteran IDI menilai Terawan telah melakukan pelanggaran kode etik berat.

Namun demikian, IDI dikabarkan menunda pemecatan dokter Terawan hingga waktu yang belum ditentukan.

Meski banyaknya kontroversi terkait terapi tersebut, banyak nama besar yang membela dokter Terawan karena memang merasakan khasiat dari terapinya itu. Sebut saja salah satunya Aburizal Bakrie, yang mengunggah testimoninya dan mengaku sebagai salah satu pasien dokter Terawan yang sudah merasakan khasiat “brainwash” milik Terawan.

“Ramai diberitakan kabar Kepala RSPAD Mayjen TNI dokter Terawan Agus Putranto diberhentikan oleh IDI dengan alasan etik. Metode “cuci otak”-nya dipermasalahkan, padahal dengan itu dia telah menolong baik mencegah atau mengobati seribu orang orang stroke,” ujar Bakrie pada 3 April lalu. Kemudian Bakrie mengunggah alasannya lebih lengkap di blog dia.

Dan ada juga seorang mantan Presiden Rebuplik Indonesia yakni, Susilo Bambang Yudhoyono yang berkomentar, sebagai dokter kepresidenan, tentu saja banyak yang pernah berobat kepadanya. “Kalau MKEK mempersoalkan dokter Terawan karena teknologi yang dikenal dengan DSA (Digital Subtraction Angiography) tidak termasuk atau bahkan masuk ke dalam pengobatan mainstream yang terkenal di dunia kedokteran, saya tidak secara langsung mengatakan bahwa tidak ada yang lain, kecuali ada yang lain,” sebagaimana dikutip tirto.id, Kamis (12/4).

Dukungan dan komentar dari para mantan pasien dan pendukung dokter Terawan tentu tidak salah. Kebanyakan dari mereka mengatakan khasiat dari terapi Terawan merupakan hal yang baik dan memberikan manfaat tersendiri bagi para pasiennya. Namun, faktanya, Majelis Kehormatan Etik Kedokteran IDI tidak mempermasalahkan khasiat dari praktiknya, namun yang mereka permasalahkan adalah kode etiknya sebagai dokter, yang dinilai menangani pasien dengan praktik yang belum teruji secara ilmiah.

BACA JUGA:

Alasan Pencabutan Izin

Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), Prof Dr dr Moh Hasan Machfoed Sp.S(K) mengatakan, testimoni yang datang dari berbagai pasien yang telah melakukan terapi bersama dokter Terawan justru bukanlah orang-orang yang mengidap stroke, namun hanyalah orang-orang yang berusaha menghindari penyakit stroke agar tidak menderita penyakit tersebut.

Profesor Hasan juga menganggap terapi Terawan tidak memiliki landasan ilmiah yang kuat. Ia mengatakan dalam sebuah pernyataannya yang dituangkan dan dipublikasi di Jawa Pos, bahwa dokter Terawan membelokkan fungsi DSA yang awalnya sebagai sarana diagnosis, namun digunakan sebagai sarana terapi dan prevensi.

Mengenai keabsahan ilmiah dari terapinya tersebut, dokter Terawan menilai terapinya telah teruji secara ilmiah. Hal itu ia sampaikan, sebab metode brain flushing untuk mengobati pasien-pasien strokenya selama ini adalah metode yang ia terapkan dari penelitian disertasinya yang berjudul “Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Celebral Blood Flow, Motor Evoked Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis” di Fakultas Kedokteran Universitas Hassanuddin, Makassaar.

Meski klaim itu ia katakan terbukti secara ilmiah, namun Majelis Kehormatan Etik Kedokteran IDI menilai, metode yang ia namakan “Terawan Theory” itu dinilai tidak melewati uji klinis, dan penelitiannya dianggap lemah dan cacat, selain itu juga telah melanggar kode etik kedokteran dengan mengiklankan diri dan menjanjikan kesembuhan pada pasien.

Baca juga artikel menarik lainnya terkait Kabar Nasional atau informasi terkini lain di Kabarnesia.

Comments

comments