
“Seakan-akan pilihannya cuma nikah muda atau pacaran. Gimana kalau pilihannya jadi gini, tidak pacaran dan menikah pada usia yang tepat.”
Kabarnesia.com – Ribuan peserta Deklarasi Akbar Indonesia Tanpa Pacaran (ITP) memenuhi gedung Islamic Center Bekasi, Jawa Barat, Minggu (15/4).
Deklarasi ini merupakan agenda terbesar gerakan ITP. Tak hanya warga Jabodetabek, peserta juga datang dari luar Jawa seperti Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera. Mereka terdiri dari pelajar, mahasiswa, hingga mereka yang sudah berstatus menikah.
Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran digagas La Ode Munafar pada September 2015. Pemuda kelahiran Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara tersebut menggagas gerakan ini berawal dari kegelisahan melihat pemuda masa kini yang rusak akibat pacaran dan pergaulan bebas.
Saat itu, Munafar meminta bantuan isteri dan seorang karyawannya untuk update kampanye ITP lewat media sosial secara terus-menerus. Hingga saat ini, jumlah anggota ITP yang tergabung di grup Facebook sekitar satu juta orang, 300 ribu pengikut di fanspage, 600 ribu pengikut di Instagram, dan grup-grup WhatsApp.
Dia mengaku membuat gerakan di Instagram, Facebook, dan Line karena menerima banyak curahan hati remaja yang rusak masa depannya karena pacaran.
“Pacaran itu merusak dari sisi mana pun, dari masa depan, psikologi, kehormatan, dan terlebih lagi dalam pandangan agama. Tidak ada yang menguatkan hubungan (dalam pacaran) baik ikatan agama ataupun hukum, sehingga jika sudah terlanjur melakukan hubungan (badan) yang laki-laki bisa saja meninggalkan perempuan dengan gampang,” ujarnya.
Pacaran, klaim La Ode, juga mengalihkan fokus belajar dan lingkungan. Beberapa kalangan masyarakat mendesak pemerintah untuk memasukan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas di sekolah, terkait hubungan seks remaja pranikah.
Namun, La Ode memilih pendekatan agama, karena dia menganggap Indonesia memiliki banyak warga yang beragama Islam.
BACA JUGA:
- Duel Sengit Pilpres Kembali Terjadi, Siapa yang Akan Menang?
- MRT Sudah Tiba, Akankah Proyek Selesai Tepat Waktu?
Dianggap memiliki pemikiran yang sempit
Meski demikian, banyak juga yang menganggap gerakan ini berpikiran sempit dan seperti tidak memberi pilihan lain.
Seorang pengguna media sosial mengatakan, “Seakan-akan pilihannya cuma nikah muda atau pacaran. Gimana kalau pilihannya jadi gini, tidak pacaran dan menikah pada usia yang tepat.”
Tidak hanya itu, banyak orang juga mengkritik pemakaian kata Indonesia dalam gerakan ‘Indonesia Tanpa Pacaran’ yang terkesan mengeneralisir.
Gerakan ini juga mendorong Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa haram pacaran. Namun, Ketua Bidang Infokom MUI Masduki Baidowi mengatakan bahwa hal itu mungkin tidak bisa dilakukan karena pandangan Islam terkait pacaran sudah jelas dan mutlak.
“Fatwa itu dibutuhkan kalau ada kejadian spesifik, sangat dibutuhkan oleh umat di mana hal itu menjadi problem yang belum terpecahkan. Dalam konteks itu MUI mengeluarkan fatwa. Kalau menyangkut yang sudah pasti, soal pacaran itu kan sudah jelas tidak boleh, orang semua sudah tahu pacaran secara moral agama dilarang,” ujar Masduki.
Agenda Gerakan ITP selanjutnya
La Ode Munafar selaku pendiri mengatakan, ITP memiliki agenda offline tahunan, triwulan, dan mingguan.
“Setiap tiga bulan sekali ada kajian hits, lalu setiap minggu ada KKI atau Kajian Komunitas Indonesia Tanpa Pacaran untuk memberikan pemahaman rutin pada generasi muda. Kami berikan pemahaman secara mengakar dari masalah akidah, syariah, dan berdakwah bersama,” katanya dikutip dari IDN Times, Senin (16/4).
Untuk agenda tahunan, ITP membuat kampanye akbar yang dilakukan di daerah-daerah. Tahun lalu, ITP mengusung tema Tolak Pergaulan Bebas, sementara tahun ini mengusung tema 2024 Indonesia Bebas Pacaran.
Baca juga artikel menarik lainnya terkait Kabar Nasional atau informasi terkini lain di Kabarnesia.