
Pria asal Argentina tersebut cukup kaget dan terkejut, karena ia baru pertama kali, sepanjang kariernya, menjadi korban dari amukan suporter.
Kabarnesia.com – Dunia sepak bola tanah air saat ini memang tergolong runyam, dengan banyaknya kericuhan di setiap pertandingannya, di dalam stadion maupun di luar stadion. Banyak sekali kejadian yang merugikan bagi tim, suporter, pihak penyelengara, dan lainnya. Hal ini sangatlah disayangkan, karena persepakbolaan nasional saat ini sedang disorot langsung oleh FIFA.
Kejadian demi kejadian yang terjadi dan terulang terus menerus, menjadikan Liga Indonesia sebagai turnamen sepak bola layaknya turnamen adu jotos. FIFA sebagai induk sepakbola tertinggi dunia pernah menjatuhkan hukuman kepada Indonesia pada tahun 2015. Ini dikarekanan banyaknya problema yang dikaitkan antara PSSI dan Kemenpora. Hingga menimbulkan polemik di kancah persepakbolaan dalam negeri.
Dampak buruk yang diterima langsung oleh Indonesia antara lain, dikeluarkannya Indonesia dari kualifikasi Piala Dunia 2018 dan Piala Asia 2019, dikeluarkannya dari ajang Piala Asia U-16 dan -U19, tidak bisa ikut Turnamen Regional Wanita AFC U-14, Persipura Jayapura telah dikeluarkan dari AFC Cup 2015, dan dari cabang Futsal, telah dikeluarkannya cabang ini dari Futsal AFC 2016 (Zona ASEAN-Turnamen Futsal AFF).
Seusai dicabutnya sanksi dari FIFA, membuat indonesia bisa memulai liganya kembali tanpa kendala apapun. Tetapi, justru sekarang kendala datang dari pihak suporter, dengan kericuhan yang ditimbulkan oleh suporter membuat pihak klub banyak dirugikan.
BACA JUGA:
Sepak Bola Indonesia Kembali Ricuh
Banyak sekali contoh kejadian pertarungan antara sesama spporter. Kejadian yang paling baru saat ini adalah pertandingan Arema FC yang menjamu tamunya Persib Bandung di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Minggu (15/4). Kerusuhan ini membuat banyak penonton, pemain, dan para staf terluka. Korban terluka ini akibat lemparan botol, batu, sepatu dan semprotan gas air mata.
Sebagaian korban yang terluka parah langsung dilarikan ke ICU mini RS Warga yang berada di dalam stadion. Korban kebanyakan dari anak-anak hingga perempuan, mereka kedapatan pingsan dan muntah-muntah. Setelah sekian lama berdesak-desakan maupun berhempit-hempitan dengan sesama suporter, karena laga yang sedang berlangsung ricuh, membuat sebagian Aremania panik dan mulai melarikan diri dari stadion untuk menyelamatkan diri.
Pelatih Persib, Roberto Carlos Mario Gomes, tampak sedang memegangi kepalanya, saat sedang menuju lorong stadion bersama dengan timnya. Dan darah pun keluar dari kepala pelatih Persib itu. Pria asal Argentina tersebut cukup kaget dan terkejut, karena ia baru pertama kali, sepanjang kariernya, menjadi korban dari amukan suporter.
Dalam laga ini memang permainan yang ditunjukan sangat keras dan banyak pelanggaran yang terjadi. Puncak kekesalan suporter Aremania julukan bagi fans Arema ini pecah, saat dikeluarkannya kartu merah oleh wasit Handri Kristanto kepada Dedik Setiawan akibat menyikut bek Persib Ardi Idrus.
Saat mendekati pluit habis pertandingan, ribuan penonton turun kelapangan, polisi dan petugas keamanan berusaha menghadang para suporter yang dinilai melakukan tindak anarkis. Pihak polisi dan petugas keamaan tampak kewalahan menghalau ribuan fans fanatik dari Aremania yang mulai membuat ricuh seisi stadion.
Kapolres Malang, AKBP YS Ujung mengaku sudah sangat maksimal sangat menghalau suporter, tetapi malah membuat perselisihan antara suporter lain nya.
“Kami mencoba mengamankan kerumunan suporter yang emosi dengan prosedur yang ada. Namun rasanya sedikit salah paham hingga malah menimbulkan gesekan antara personil dan massa,” ujar Ujung.
Menurut Ujang, penyebab kerisuhan adalah kepemimpinan wasit yang dinilai tidak layak dan membuat para suporter turun kelapangan, dan ingin meluapkan kekecewaannya atau emosinya terhadap wasit.
Baca juga artikel menarik lainnya terkait Kabar Olahraga atau informasi terkini lain di Kabarnesia.
[…] Ricuh Sepakbola Indonesia, Kapan Usai? […]
Comments are closed.