Di Balik Pertemuan Jokowi dengan Alumni 212

0
376
pertemuan jokowi
Presiden Joko Widodo seusai bertemu dengan Ulama se-Jawa Barat di Istana Merdeka, Jakarta (Foto: Tempo)
obat kuat,libion,libiceng,phuceng,madu stamina,madu phuceng,sehatshop,stamina pria,madu,jahe merah,purwoceng

“Ya mungkin memang agak terlambat sih, seharusnya dari dulu dong. Jangan baru mau pemilu kemudian mendekati dan kemudian berusaha meyakinkan,” kata Fadli Zon.

Kabarnesia.com – Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Persaudaraan Alumni (PA) 212 di salah satu masjid di Bogor, Jawa Barat, dilakukan pada Minggu, 22 April 2018. Pertemuan itu dihadiri oleh para perwakilan ulama yang tergabung dalam Persaudaraan Alumni (PA) 212.

Jokowi mengatakan, pertemuan dengan Persaudaraan Alumni (PA) 212 adalah untuk bersilaturahmi guna menjaga keutuhan dan persatuan antara ulama dan umaroh (pemerintah). Sebab, bila ulama dan umaroh bergandengan tangan, maka negara kita lebih kuat.

“Semangatnya adalah menjalin tali silaturahmi dengan para ulama, para habaib, para kyai,  para ustad, dari seluruh provinsi di Tanah Air. Menjalin persaudaraan, menjalin ukhuwah kita, dalam rangka menjaga persaudaraan, menjaga persatuan, dan menjaga ukhuwah di antara kita,” ujar Joko Widodo di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (25/4).

Dewan Penasihat Ikatan Persaudaraan Alumni (PA) 212, Eggi Sudjana mengatakan bahwa pertemuan ini merupakan arahan dari Habib Rizieq Sihab. Eggi menagih janji Presiden Jokowi, agar tidak adanya lagi yang namanya mengkriminalisasi ulama, termasuk menghentikan semua perkara yang menyangkut ulama.

Selain membahas tentang janji presiden, pertemuan itu juga mendiskusikan tentang kepulangan Habib Rizieq Sihab. Hal itu dilakukan supaya ada kejelasan dan segera diselesaikan. “Ya memang harus seperti itu, harus segera diselesaikan, jangan diambang-ambangin seperti ini. Mau pemilu, mau apa, nanti kepentingannya lain lagi, jadi susah,” ujar Eggi.

Meski demikian, Eggi mengatakan dalam pertemuan tersebut, pihaknya tidak membahas persoalan politk. Namun, lebih kepada kemaslahatan umat terutama soal kriminalisasi ulama. “Enggak ada, kita enggak ada bicara-bicara politik, kita berbicara sebagai penasihat ya, di 212 itu lebih kepada penekanan kemasalahatan umat. Terutama ulama ulama ini jangan dikriminalisasi,” tutupnya.

Pertemuan ini membuat berbagai tokoh dan kalangan angkat biacara, misalnya dari Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang (OSO), mengatakan bahwa pertemuan tersebut adalah hal yang wajar dilakukan, sebagai Presiden RI, Jokowi memiliki kewajiban untuk bertemu berbagai jenis masyarakat, termasuk ormas.

“Positif. Seorang kepala negara untuk mendekati lapisan-lapisan masyarakat termasuk organisasi-organisasi resmi maupun organisasi yang dianggap tidak resmi itu kewajiban seorang presiden. Untuk mendekati semua kalangan masyrakat di Indonesia ini,” tandas Oso di Gedung DPR, Senayan, Rabu (25/4).

Jokowi memang kerap mendapat kritikan pedas dari massa alumni 212, terlebih belakangan terjadi kriminalisasi terhadap ulama. Bahkan, Jokowi disebut tidak dekat dengan kelompok Islam. Jokowi mengklaim, sangat terbuka terhadap kritikan yang sifatnya membangun.

BACA JUGA:

Pertemuan Pendrongkrak Elektabilitas

Tetapi, dari sudut pandang berbeda, tanggapan keluar dari Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon. Ia mengatakan, kenapa hal tersebut baru dilakukan sekarang, kenapa tidak dari dulu.

“Ya mungkin memang agak terlambat sih, seharusnya dari dulu dong. Jangan baru mau pemilu kemudian mendekati dan kemudian berusaha meyakinkan,” kata Fadli Zon. “Saya baca informasinya, mempertanyakan kenapa dulu berjanji menghentikan kriminalisasi tapi kasus tetap berlanjut. Ada kasusnya saudara Ahmad Dhani, Alfian Tanjung, Rachmawati, Asma Dewi, dll,” imbuhnya.

Meski begitu, Fadli Zon tetap memberi apresiasi atas pertemuan itu, sebagai dua bagian yang berseberangan, pertemuan itu adalah langkah bagus untuk menjelaskan permasalahan yang ada selama ini.

Pertemuan tersebut, diklaim banyak pihak, sebagai upaya mendongkrak elektabilitas pada pemilu tahun depan. Tetapi, secara objektif, langkah yang dilakukan Kepala Negara Jokowi memang mesti dinilai sebagai upaya pemimpin bangsa yang ingin menyatukan semua komponen-komponen bangsa dan membuat suasana menjadi damai dan sejuk.

Baca juga artikel menarik lainnya terkait Kabar Nasional atau informasi terkini lain di Kabarnesia.

 

 

 

Comments

comments