
Taj Mahal, monumen bersejarah terkenal India yang dibangun sebagai penghargaan oleh Kaisar Mughal Shah Jahan kepada istrinya, Mumtaz, menjadi korban dari kerusakan waktu.
Kabarnesia.com – Monumen yang dibangun pada abad ke-17 di Agra, saat ini bagian dari negara bagian Uttar Pradesh di India utara, oleh Kaisar Mughal Shah Jahan untuk mengenang istrinya, Mumtaz Mahal dan termasuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO, adalah salah satu monumen yang digambarkan sebagai “permata seni Muslim di India.”
Kompleks yang luas ini terletak di dekat sungai Yamuna, yang baru-baru ini menjadi sangat tercemar sehingga dinyatakan “mati secara ekologis”. Hal itu disebabkan, sungai Yamuna tidak lagi dapat mendukung ikan atau tumbuhan hidup yang berada di dalamnya.
Polusi sungai itu menarik spesies serangga yang telah berkontribusi pada degradasi permukaan Taj Mahal. Masalah serangga telah diketahui setidaknya selama dua tahun, ketika para pejabat dari ASI pertama-tama menghubungkan jejak hijau di dinding marmer Taj Mahal dan batu merah dengan kehadiran serangga.
“Beberapa serangga misterius meninggalkan jejak, baik melalui kotorannya atau bisa membawa sejenis bakteri yang menempel di dinding,” kata seorang pejabat ASI kepada The Hindustan Times pada bulan April 2016. Serangga itu kemudian diidentifikasi sebagai jenis Goeldichironomus, yang agak menyerupai nyamuk.
Sidang Mahkamah Agung, Selasa (1/5) dilakukan mengikuti adanya rilis yang melaporkan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, India adalah rumah bagi 14 kota paling tercemar di dunia. Kanpur, sebuah kota industri yang terletak di negara yang sama dan sekitar 170 mil jauhnya dari Taj Mahal, menduduki puncak daftar WHO sebagai kota paling tercemar di dunia, begitulah laporan Reuters, Rabu (2/5) lalu.
Fakta itu menjadi salah satu alasan mengapa mausoleum putih Taj Mahal di India berubah warna, menghadirkan bintik-bintik kuning, coklat dan hijau dalam gambar yang mengejutkan Mahkamah Agung di negara itu. Kemudian, pada sidang hari Selasa itu, Hakim Madan B. Lokur dan Deepak Gupta menuduh lembaga pemerintah gagal melestarikan situs dan memerintahkan mereka untuk mencari tenaga ahli dari luar negeri.
“Sebelumnya berubah kuning dan sekarang menjadi coklat dan hijau. Ini sangat serius. Sepertinya Anda tidak berdaya,” kata hakim, menurut The Times of India, Kamis (3/5).
“Bahkan jika Anda memiliki keahlian, Anda tidak menggunakannya. Atau mungkin Anda tidak peduli,” mereka menambahkan, menuduh pemerintah hanya melihat monumen sebagai mesin pembuat uang untuk dipamerkan kepada pengunjung asing.
MC Mehta, pengacara lingkungan yang membawa foto-foto itu ke perhatian Mahkamah Agung sebagai bagian dari pertempuran selama 30 tahun untuk melestarikan Taj Mahal, meyakini Survei Arkeologi India (ASI) dan pemerintah berbagi tanggung jawab atas keadaan saat ini. MC Mehta mengatakan, tanggung jawab dari keduanya adalah bentuk kegagalan mereka dalam melestarikan peninggalan sejarahnya.
BACA JUGA:
- Pertemuan Bersejarah Antara Korsel dan Korut
- Dampak Tembakan Amerika Terhadap Suriah Dari Segi Ekonomi dan Politik Dunia
Kesedihan Orang-orang
Nawab Jafar Abdullah merasa sedih ketika ia masuk ke kamar-kamar Taj Mahal di mana makam Shah Jahan dan Mumtaz berada. Perlu diketahui, kamar-kamar itu hanya dibuka setahun sekali. Kali ini, dia tercengang melihat bagaimana makam itu berubah menjadi kuning, coklat dan hijau di bagian dalamnya.
“Marmernya melengkung tetapi tidak terlihat seperti itu lagi. Makamnya berwarna kuning, persis seperti gading gajah tapi sangat kuning. Dinding ruang di mana kuburan tidak kelihatan seperti marmer. Dinding tampak seperti berubah menjadi cokelat. dan ada banyak bercak hijau,” katanya kepada NDTV, Kamis (3/5).
Nawab meminta konservator harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan ruangan yang berada di jantung monumen dengan cepat.
Sebelumnya, sebuah menara runtuh baru-baru ini selama badai dan ada kekhawatiran bahwa metode tradisional menggunakan mudpack untuk menarik noda yang digunakan menjaga marmer tetap bersinar, mungkin tidak lagi berfungsi. Para pengamat mengatakan, prosesnya sama merusaknya dengan memutihkan batu halus.
Jayant Krishna, Ketua Badan Konservasi Warisan Budaya Uttar Pradesh, INTACH, mengatakan mereka bisa membantu. “Seiring dengan itu (langkah-langkah tradisional) bisa digunakan, ada buah jeruk yang digunakan, besan, neem, daun tulsi, serta banyak dari bahan-bahan ini dapat digunakan,” katanya, menambahkan bahwa INACH dapat berkolaborasi dengan pemerintah untuk melakukan konservasi Taj Mahal.
India mungkin telah meninggalkan warisan bangunan kuno di kuil, masjid dan gereja, tetapi Taj Mahal tetaplah yang paling fenomenal dan unik. Ikon ini menarik orang-orang dari seluruh dunia untuk datang ke India. Ini adalah harta nasional.
Di luar semua deskripsi dan kontroversi yang dikecam oleh Mahkamah Agung negara tersebut, yang jelas saat ini pemerintah India gagal menjaga keindahan spektakuler makam marmer tersebut. Sudah waktunya untuk melepaskan keengganan dan turun untuk menjaga warisan yang merupakan kebanggaan India.
Baca juga artikel menarik lainnya terkait Kabar Internasional atau informasi terkini lain di Kabarnesia.
[…] Perubahan Warna Taj Mahal yang Buat Orang Sedih […]
Comments are closed.