
Jika kota Yerusalem menjadi sesuatu yang terus diperebutkan tanpa adanya kesepakatan dari Palestina, maka kedamaian sudah dapat dipastikan tidak akan pernah kembali ke tanah Yerusalem.
Kabarnesia.com – Presiden Amerikat Serikat Donald Trump sebelumnya sudah menegaskan bahwa Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat akan dilakukan pemindahan tempat, yang awalnya berada di Tel Aviv dan sekarang akan berada di Yerusalem.
Donald Trump sudah meresmikan bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel. Hal ini mengundang tanya dan kontroversi bagi dunia. “Hari ini, akhirnya kita mengakui hal yang jelas, bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel. Ini tidak lebih dari pengakuan akan relitas. Ini juga hal yang tepat untuk dilakukan. Ini hal yang harus dilakukan,” kata Donald Trump saat berpidato di Diplomatic Reception Room, Gedung Putih, seperti dikutip dari nytimes.com, Kamis (7/12).
Setelah pengumuman yang disampaikan Presiden AS tersebut, ia melakukan penandatanganan memorandum berisi penundaan pemindahan Kedubes AS dari Tel Aviv menuju Yerusalem hingga enam bulan kedepan. Dalam memorandum tersebut, Donald Trump menyebutkan bahwa penundaan dipindahkannya Kedubes AS untuk melindungi kepentingan keamanan nasional AS. Sementara itu, Kementrian Luar Negeri Amerika Serikat telah mengeluarkan travel warning untuk tepi barat dan kota Yerusalem.
Tindakan Presiden Donald Trump yang mengumumkan peresmian pemindahan Kedubes dari Tel Aviv menuju Yerusalem, dan mengklaim Ibu kota Israel adalah Yerusalem, telah mendapat tanggapan atau komentar dari berbagai pihak di dunia. Pengakuan yang dilakukan AS dirasa telah melanggar perjanjian dan hanya memperburuk keadaan, dan malah akan menimbulkan banyak korban jiwa lagi di daerah tersebut.
Akibat dari pengakuannya tersebut, setidaknya sudah terjadi kerusuhan besar yang terjadi di berbagai sudut Yerusalem. Terhitung dari bulan Desember lalu, sudah sebanyak 20 warga Palestina menjadi korban bentrokan antara warga sipil dengan pihak personel keamanan Israel.
BACA JUGA:
- Palestina, Israel, dan Gerakan Zionis yang Dibenci Yahudi
- Alasan Donald Trump Menyatakan Yerusalem sebagai Ibukota Israel
Tujuan Pemindahan Kedubes
Penduduk Palestina beranggapan bahwa, ini adalah langkah yang benar-benar tidak tepat dan tidak bisa diterima sama sekali. Kota Yerusalem sendiri adalah kota yang suci, yang merangkum tiga agama sekaligus, Islam, Yahudi, dan Kristiani.
Lalu, dari pihak Pemerintahan Amerika Serikat bersama Israel memutuskan bahwa untuk sementara Dubes AS David Friedman dan para staff kedutaan dari Tel Aviv akan menggunakan Gedung Konsulat AS yang sudah berada di daerah Arnona. Kedua belah pihak belum menemukan tempat yang strategis untuk pembangunan Kedubes yang baru di Yerusalem.
Dengan dipindahkannya Kedubes AS ke tempat sementara, tidak akan menghentikan semangat kinerja Konsulat untuk membantu menjadi pihak pelerai antara Palestina dan Israel. Pemerintah Amerika Serikat menegaskan, Konsulat AS akan tetap berjalan seperti biasanya tanpa adanya hambatan selama penempatan sementara oleh anggota kedutaan staff dari Amerika Serikat.
Israel yang menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 15 Mei 1948, akan memperingati 7 dekade berdirinya negara mereka. “Kami sangat senang telah membawa langkah yang bersejarah ini, berharap dan menunggu pembukaannya pada bulan Mei,” ucap juru bicara Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat, Heather Nauert.
Sangat berbeda jauh dengan apa yang disampaikan oleh warga Palestina, mereka memperingati 15 Mei 1948 sebagai hari ‘Nakba’, di mana pada hari itu sekitar 750 ribu rakyat Palestina harus diusir secara paksa, untuk meninggalkan tanah kelahiran mereka. Jika kota Yerusalem menjadi sesuatu yang terus diperebutkan tanpa adanya kesepakatan dari Palestina, maka kedamaian sudah dapat dipastikan tidak akan pernah kembali ke tanah Yerusalem.
Baca juga artikel menarik lainnya terkait Kabar Internasional atau informasi terkini lain di Kabarnesia.
[…] Tujuan Pemindahan Kedubes Baru AS di Israel […]
Comments are closed.