Gunung Merapi Meletus, Apa Kata Mbah Marijan Dahulu?

1
862
Gunung Merapi
Letusan mendadak Gunung Merapi (Foto: CNN)
obat kuat,libion,libiceng,phuceng,madu stamina,madu phuceng,sehatshop,stamina pria,madu,jahe merah,purwoceng

Saat Gunung Merapi meletus dahsyat, Mbah Marijan hanya berdiam diri saja di rumah, dan ditemukan tak bernyawa dalam kondisi bersujud.

Kabarnesia.com – Gunung Merapi Meletus pada hari Jumat (11/5) pagi, yang disertai suara gemuruh dengan suhu meningkat dan tinggi kolom mencapai 5.500 meter dari puncak kawah. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, bahwa Gunung Merapi yang letaknya di Kabupaten Klaten, Magelang, Boyolali dan Sleman itu, saat meletus mengeluarkan abu vulkanik, pasir, dan material piroklatik.

“Letusan berlangsung dengan tiba-tiba, jenis letusan saat ini adalah Letusan Freatik, letusan ini terjadi akibat dorongan tekanan uap air yang terjadi akibat kontak massa air dengan panas dibawah kawah Gunung Merapi,” kata Sutopo Purwo.

Ia memastikan, jika letusan ini tak berbahaya dan dapat terjadi kapan saja pada gunung api yang masih aktif, biasanya letusan hanya berlangsung sesaat saja. Letusan Gunung Merapi saat ini berbeda dengan letusan yang terjadi pada 2010.

Pada 2010, akibat meletusnya Gunung Merapi telah menewaskan hingga kurang lebih ada 353 korban jiwa. “Status Gunung Merapi saat ini masih tetap normal atau bisa dibilang level 1 dengan radius berbahaya 3 kilometer dari puncak Gunung. Untuk saat ini pihaknya tidak akan menaikan status Gunung Merapi dan masih terus memantau perkembangan aktivitas vulkanik,” tutupnya.

Masyarakat sekitar diharapkan tetap tenang dengan adanya peristiwa seperti ini. Hingga kini belum ada laporan masuk tentang ada atau tidak adanya korban jiwa akibat letusan Gunung Merapi yang terjadi pada pagi hari dan BPBD pun sampai saat ini masih melakukan pemantauan.

BPBD Sleman telah menghimbau masyarakat yang tinggal dalam radius 5 km seperti daerah Kinahrejo untuk mengungsi ke bawah. Masyarakat pun merespon hal tersebut dengan cepat, dan dilakukan prosen evakuasi mandiri ke tempat yang aman. Namun, saat letusan freatik terjadi para pendaki yang tengah berada disekitar Gunung Merapi, dihimbau untuk tak melanjutkan perjalanannya menuju puncak.

Berdasarkan laporan sementara yang diterima, sekitar ada 120 orang pendaki yang saat itu diminta untuk mengikuti rekomendasi dan tidak memaksakan diri untuk mendekat ke kawah Gunung yang tengah mengalami letusan freatik.

BACA JUGA:

Apa Kata Mbah Marijan?

Juru kunci Gunung Merapi saat ini ialah Masbekel Anom Suraksosihono atau sering disapa Mas Asih. Menurutnya, erupsi freatik pagi kemarin, kejadian hampir sama dengan erupsi yang terjadi pada tahun 1997, hanya lebih gelap saja awannya saat itu.

“Mirip sekali dengan erpusi tahun 1997, tetapi saat itu enggak begitu besar, jadi disekitar merapi saja, meletup ya selesai,” ucap Mas Asih. Saat terjadinya letusan freatik pada pagi hari, Mas asih sedang nyekar di makam ayahnya, yakni Mbah Mardijan. “Waktu kejadian, saya sedang nyekar di atas ruwahan. Ya, saya pergi saat itu tetapi tidak jauh, sudah banyak yang berlarian keluar. Saya yang terakhir, saya menyempatkan untuk memohon kepada Tuhan dan berdoa kepada yang Maha Kuasa. Tak lama berhenti, saya pun kembali nyekar, karena waktu itu baru bersih bersih belum sempat nyekar,” tutupnya.

Dahulu, sebelum wafat, Juru kunci Gunung Merapi yaitu Mbah Marijan, telah membuat masyarakat bertanya-tanya, karena saat itu Gunung Merapi tengah berada dalam kondisi puncaknya untuk meletus. Jika masyarakat di sekitar gunung dievakuasi, kenapa Mbah Marijan tidak? Karena ia percaya, jika gunung yang dijaganya dengan penuh kasih sayang dan sepenuh hati itu, tidak akan menyebabkan hal buruk.

Ia juga meyakini bahwa alam sudah mengatur dirinya sendiri untuk menciptakan keharmonisan dan keseimbangan alam semesta. Saat Gunung Merapi meletus dahsyat, Mbah Marijan hanya berdiam diri saja di rumah, dan ditemukan tak bernyawa dalam kondisi bersujud.

 

Sebelum wafat, lelaki yang sangat setia menunggu Gunung Merapi tersebut pernah menyampaikan pesan terkait maraknya eksploitasi sumber daya alam di sekitar gunung itu. Menurutnya, mengambil pasir atau sumber daya alam lain di Gunung Merapi boleh saja, asal tidak berlebihan.

Konteks berlebihan dalam pesannya tersebut adalah tidak mengeruk pasir dengan alat berat seperti backhoe. Jika itu dilakukan, maka akan menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat sekitar.

“Bupati Sleman, karo Bupati Klaten, Magelang, Boyolali, kuwi papat kuwi nek isok kudu mikir, nek ora isok mikir bakal diwenehi menyang barang panas (Bupati Sleman, Klaten, Magelang, dan Boyolali, empat tadi harus bisa bisa mikir, kalau tidak bisa mikir, bakal diberi pasir sekaligus awan panas oleh Merapi,” ucap Mbah Marijan, seperti ditulis Januar Adi Sagita di Tribun Jatim yang ia catut dari sebuah unggahan video Mbah Marijan di media sosial.

Baca juga artikel menarik lainnya terkait Kabar Daerah atau informasi terkini lain di Kabarnesia.

 

Comments

comments

1 KOMENTAR

Comments are closed.