Donald Trump, ‘Kegilaan’ Obama, dan Kesepakatan Nuklir Iran

1
450
kesepakatan nuklir
Trump menandatangani pencabutan atas kesepakatan program pembatasan nuklir Iran (Foto: Nusantaranews)
obat kuat,libion,libiceng,phuceng,madu stamina,madu phuceng,sehatshop,stamina pria,madu,jahe merah,purwoceng

Kesepakatan yang dicapai di era presiden sebelumnya yakni presiden Barack Obama tergolong gila.

Kabarnesia.com – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dalam pernyataannya kembali menimbulkan banyak polemik di kancah internasional. Hal itu disebabkan, Amerika Serikat mundur dari kesepakatan nuklir 2015 antara negara Iran, Cina, Rusia, Amerika Serikat, Jerman, Inggris, dan Perancis. Donald Trump mengakatan, jika kesepakatan yang dicapai di era presiden sebelumnya yakni presiden Barack Obama tergolong gila.

Presiden Iran, Hassan Rouhani, sudah memperingatkan Amerika Serikat, akan menghadapi penyesalan bersejarah jika Donald Trump mengabaikan kesepakatan nuklir Iran. Hal tersebut diungkapkan langsung Presiden Iran terkait pernyataan Donald Trump yang menyatakan, akan memutuskan untuk mundur dari kesepakatan itu dengan batas waktu hingga 12 Mei.

“Jika Amerika Serikat meninggalkan kesepakatan nuklir, akan menyebabkan penyesalan bersejarah,” ucap Presiden Iran dalam siaran TV Pemenrintah Iran. Dia juga menambahkan, jika Iran akan memiliki rencana untuk menghadapi setiap kebijakan yang mungkin akan diambil Donald Trump dalam waktu dekat ataupun dalam waktu lama dan ‘kami akan melawannya’.

Pemerintah Teheran telah beruang kali menghimbau, jika program nuklirnya sepenuhnya untuk perdamaian dunia dan kesepakatan tidak bisa dirundingkan kembali. Sementara itu, Presiden Donald Trump mengancam akan mundur dari kesepakatan dengan keputusan yang akan diambil pada 12 Mei akhir, dari masa pengkajian ulang selama 120 hari, terkecuali jika Kongres Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa memperbaiki ‘cacat yang membawa petaka’.

BACA JUGA:

Saling Tuduh Antara Amerika dan Iran

Donald Trump tak senang dengan apa yang terjadi, kesepakatan yang hanya menguntungkan pihak Iran. Presiden AS pun tidak mempercayai dengan kesepakatan ini, karena hanya membatasi kegiatan nuklir Iran untuk masa tertentu dan tidak menghentikan pengembangan rudal balistik. Ia juga menambahkan, bahwa kesepakatan ini hanya menguntungkan Iran sebesar US$ 100 Miliar, yang digunakannya sebagai dana gelap untuk senjata teroris dan penindasan di kawasan Timur Tengah tersebut.

Sementara itu, pada pekan lalu, giliran Israel yang mengungkapkan dokumen rahasia nuklir, yang disebut memperlihatkan Iran masih melakukan program senjata nuklir secara tersembunyi, sebelum tahun 2003 dan secara rahasia tetap menguasai teknologinya, yang memang telah melanggar kesepakatan.

Namun, tuduhan tersebut langsung dibalas oleh Iran, yang mencap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu sebagai seorang pembohong belaka. Dengan gampang ia menyebut dokumen yang diungkapkan merupakan tuduhan lama yang sudah ditangani Badan Tenaga Atom Internasional, IAEA.

Tetapi komentar lain bermunculan, seperti Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, mengatakan bahwa dokumen yang bersangkutan itu otentik dan memperlihatkan bahwa kesepakatan nuklir Iran 2015 dibangun dengan kebohongan besar. Kemudian giliran Arab Saudi yang mendukung keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump untuk menarik AS dari kesepakatan nuklir Internasional dan menerapkan kembali sanksi ekonomi terhadap Teheran.

“Negara Iran menggunakan keuntungan ekonomi dari pencabutan sanksi untuk melanjutkan kegiatannya untuk merusak kawasan itu, dengan mengembangkan nuklirnya, rudal balistik serta mendukung kelompok kelompok teroris di wilayah itu,” seperti dilansir Reuters, Rabu (9/5).

Sedangkan pendapat yang berbeda diutarakan oleh Pemerintah Indonesia, yang menyesalkan keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump soal mundurnya mereka tentang kesepakatan nuklir Iran dan anggota tetap dewan keamanan PBB atau Joint Comprehensive Plan Of Action (JCPOA). “JCPOA antara Iran dan anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman (P5+1) merupakan pencapaian penting diplomasi yang dapat berkonstribusi dalam mendorong non proliferasi senjata nuklir dan penciptaan perdamian serta stabilitas kawasan dunia,” ucap Retno Marsudi.

Baca juga artikel menarik lainnya terkait Kabar Internasional atau informasi terkini lain di Kabarnesia.

Comments

comments

1 KOMENTAR

Comments are closed.