
“Terorisme biasanya berkembang di negara yang lemah pemimpinnya, mudah diintervensi, banyak kemiskinan dan ketimpangan dan ketidakadilan yang nyata,” cuit Fadli Zon.
Kabarnesia.com – Wakil Ketua Umum DPR RI Fadli Zon berharap, agar pihak kepemerintahan cepat segera mengusut tuntas atas terjadinya aksi teroris di Indonesia. Ia juga mengutuk sejumlah aksi terorisme yang telah terjadi pada beberapa hari terakhir, dimulai dari kejadian kasus Mako Brimob, kemudian terjadinya bom di tiga Gereja berbeda di Surabaya dan disusul dengan terjadinya peledakan bom di Mapolresta Surabaya.
“Kami atas nama pimpinan dan anggota DPR dan seluruh rakyat Indonesia, mengutuk apa yang sudah terjadi pada beberapa hari lalu. Tindakan teror seperti itu adalah biadab dan terkutuk. Tidak ada ajaran agama yang mengajarkan hal seperti ini. Bertentangan sekali dengan semua agama,” kata Fadli Zon, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/5).
Serangan teror yang melanda Tanah Air saat ini, telah membuat berbagai daerah di Indonesia menjadi tidak kondusif seperti biasanya. Selain menebarkan aksi teror, menebarkan ketakutan, dan membuat kehidupan masyarakat di berbagai daerah menjadi terganggu dan resah. Sehingga sangat diperlukannya pengusutan lebih dalam terhadap pelaku, agar tidak berlarut-larut dan agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Hal ini sangat mengganggu sekali kepada kehidupan sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Peristiwa ini, dinilai bentuk kelalaian pemerintah dalam menjaga keamanan negara. “Jelas ini kegagalan dalam menjaga keamanan, meskipun kita mengutuk si pelaku dan mengucapkan belasungkawa pada para korban, tapi kita harus mendefinisikan bahwa apa yang terjadi adalah kegagalan aparat menjaga keamanan, bahkan di Mako Brimob sendiri, sehingga hal tersebut bukanlah kelalaian melainkan kegagalan dalam mengatasi keadaan,” ucap Fadli Zon.
Namun, beberapa orang tidak setuju dengan apa yang telah dilontarkan Wakil Ketua Umum DPR RI Fadli Zon. Perkataan Fadli Zon yang mengaitkan aksi terorisme di Surabaya, Jawa Timur sebagai bentuk kelemahan kepemimpinan menuai kritikan dari berbagai pihak. Kontroversi bermula pada akun Twitter pribadi milik Fadli Zon soal teror bom di Surabaya pada hari Minggu (13/5).
BACA JUGA:
Cuitan Fadli Zon dan Tanggapan Politikus Lain
Ia mengunggah cuitan aksi terorisme dengan kelemahan kepemimpinan. “Terorisme biasanya berkembang di negara yang lemah pemimpinnya, mudah diintervensi, banyak kemiskinan dan ketimpangan dan ketidakadilan yang nyata,” cuit Fadli Zon.
Hal ini dapat memunculkan polemik baru dan tanggapan serius dari kepemerintahan. Seperti Ketua DPP Partai Hanura yang bependapat, “Wakil Ketua Umum DPR seharusnya berperilaku etika sebagai negarawan, sehingga tahu mana statemen yang lebih utama, yakni mengutuk perbuatan teror tersebut dan memberikan empati terhadap para keluarga korban tewas. Ini malah mencari cari kambing hitam,” ujar Inas Nasrullah Zubir, Minggu (13/5).
“Kok tega memanfaatkan perstiwa keji yang telah merenggut banyak korban jiwa, untuk kepentingan politik kelompoknya, bahkan lebih cenderung memberikan angin segar kepada pelaku terorisme, dengan postingan yang menyudutkan pihak pemerintah,” tambah anggota DPR yang duduk di Komisi VI tersebut.
Selain itu, tanggapan lain juga datang dari Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno. “Jangan ada pihak-pihak yang memancing ikan di air keruh, melakukan manuver politik di atas kedukaan yang sedang menyelimuti masyarakat,” ucap Anggota DPR yang duduk di komisi XI itu.
“Pemberantasan terorisme membutuhkan partisipasi dan kerjasama dari berbagai pihak. Dari para elit politik diharapkan sikap kenegarawanan, dengan tidak melakukan obral kebencian atau kedongkolan, dan tidak memanas manasi rakyat dengan bahasa permusuhan,” tambah Hendrawan Supratikno.
Partai Politik mulai geram dengan sikap yang ditunjukan oleh Wakil Ketua Umum DPR Fadli Zon. Berdukalah dan bantulah terhadap para korban atas insiden tersebut. Jangan hanya menyalahkan kelalaian dari satu sudut pandang saja.
Baca juga artikel menarik lainnya terkait Kabar Nasional atau informasi terkini lain di Kabarnesia.