Daruratnya Aksi Terorisme Rezim Jokowi

0
968
terorisme
Aksi teror di Indonesia semakin marak (Ilustrasi: Indonesia Berbicara)
obat kuat,libion,libiceng,phuceng,madu stamina,madu phuceng,sehatshop,stamina pria,madu,jahe merah,purwoceng

Dari masa dilantiknya Jokowi pada 2014 lalu, hingga kini sudah banyak kasus terorisme yang bermunculan.

Kabarnesia.com – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dengan sangat tegas menyatakan, ia akan mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan (Perppu) Tindak pidana terorisme untuk DPR dan juga akan merampungkan pembahasan Revisi UU terorisme hingga bulan depan. “Kalau bulan Juni pada masa-masa sidang belum tuntas, saya akan mengeluarkan Perppu,” ucap Jokowi di JIExpo, Senin (14/5).

Pemerintah saat ini telah memberikan draf revisi Undang-undang Nomor 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme ke DPR sejak Februari 2016. Namun, sudah dua tahun lamanya semenjak pembahasan tersebut tidak menemukan hasil, hingga UU yang menjadi payung hukum Polri menindak tegas segala sesuatnya yang berhubungan dengan aksi terorisme, belum juga rampung.

“Saya mendesak DPR dan pihak Kementrian terkait dengan revisi UU Tindak Pidana Terorisme yang sudah kami ajukan sejak Februari 2016 untuk segera disempurnakan dalam masa sidang 18 Mei 2018,” ujar orang nomor satu Indonesia itu.

Karena jika proses revisi UU berlangsung alot, akan mengkhawatirkan jika ada aksi terorisme yang kembali terjadi di kemudian hari. Banyaknya kasus terorisme di era rezim Jokowi ini, membuat berbagai khalayak terkadang resah jika ingin keluar dari luar rumah, untuk sekedar berlibur ke mall maupun ke tempat peribadatan atau untuk berolahraga di sekitar lingkungan.

Dari masa dilantiknya Jokowi pada 2014 lalu, hingga kini sudah banyak kasus terorisme yang bermunculan. Berikut kami sajikan beberapa di antaranya.

BACA JUGA:

Kasus Terorisme Rezim Jokowi

  • Bom Thamrin

Ibu kota Jakarta pernah diteror bom pada 2016 lalu yang memakan korban mencapai 31 orang, 7 diantaranya telah meninggal dan satu orang warga negara asing asal Kanada turut menjadi korban meninggal. Insiden bermula saat pelaku menyerang salah satu gerai Starbucks Coffee di gedung Djakarta Theater. Tak lama berselang, pelaku lainnya meledakan bom bunuh diri di pos polisi di kawasan persimpangan Sarinah, MH Thamrin, Jakarta.

  • Terminal Kampung Melayu

Bom bunuh diri lain terjadi di Kampung Melayu pada Mei 2017 lalu. Bom itu menyebabkan tiga orang polisi gugur dalam peristiwa tersebut. Selain itu, terdapat lima anggota kepolisian dan lima warga sipil mengalami luka-luka. Di tengah keramaian Terminal Kampung Melayu, dua orang pelaku melakukan aksinya. Hanya bermodal nekat, mereka berdua langsung melancarkan aksinya. Target utama dari aksi mereka adalah aparatur negara atau pihak kepolisian.

  • Rutan Mako Brimob

Ditengarai oleh cekcok yang dilakukan antara para tahanan dan petugas, kerusuhan yang terjadi di Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok Jawa Barat, telah menyebabkan lima orang dari pihak kepolisian menjadi korbannya. Dengan gampang, Napi Terpidana Teroris menguasai Rutan Mako Brimob. Salah seorang pihak dari kepolisian dijadikan sandera. Namun, seorang terosisme ditembak mati oleh aparat saat terjadi kerusuhan.

  • Bom Meledak di Tiga Gereja Berbeda

Aksi teror kembali terjadi dan menyerang tiga gereja di Surabaya, yakni Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia (GKI), dan Gereja Pantekosta. Kejadian bom bunuh diri kali ini juga memakan banyak korban jiwa, dengan 13 orang tewas, tujuh orang dari masyarakat dan enam orang dari pelaku. Pelaku aksi terorisme yang merupakan satu keluarga, teridentifikasi merupakan pemimpin dari Jamaah Ansharut Tauhid (JAD) di Surabaya. Aliran JAD ini disinyalir adalah kelompok pendukung ISIS. Aksi ini diterngarai adanya rasa dendam dari anggotanya, karena ISIS internasional sedang dalam kondisi tertekan dan pimpinannya di Indonesia sedang ditangkap, Minggu (13/5).

  • Rumah Susun Wonocolo Sidoarjo

Jenis bom yang digunakan dalam serangan di Surabaya adalah bom pipa, dengan bahan peledak Triaseton Triperoksida (TATP). Bahan peledak ini yang sering digunakan oleh para militer ISIS di Timur Tengah. Dengan daya ledak yang cukup besar, sehingga dijuluki ‘Mother Of Satan atau Ibu Setan’. Namun senyawa tengah kondisi tak stabil, sehingga bisa meledak tanpa detonator atau alat pemicu bom. Inilah yang terjadi saat bom meledak di kamar teroris yang diduga tidak disengaja, Minggu (13/5).

  • Markas Polrestabes Surabaya

Serangan bom bunuh diri kali ini, dilakukan oleh empat orang pelaku dengan dua sepeda motor. Terlihat dari rekaman CCTV, pelakunya adalah satu keluarga berisi lima orang yang tengah naik dua sepeda motor. Adapun seorang anak kecil yang dihimpit di antara pengendara dan penumpang di salah satu sepeda motor akhirnya selamat, setelah beberapa saat bom meledak yang melukai beberapa anggota kepolisian yang berjaga dan masyarakat sipil yang berada di sana. Ia langsung dilarikan kerumah sakit untuk dilakukan proses penyembuhan, guna meminta keterangan setelah pulih dalam keadaan normal, Senin (14/5).

Baca juga artikel menarik lainnya terkait Kabar Peristiwa atau informasi terkini lain di Kabarnesia.

 

 

 

 

Comments

comments