Pengaruh Peralihan Generasi Milenial Menuju Generasi Z

0
375
generasi milenial
Gambaran umum kaum generasi milenial (Foto: Sinar Harapan)
obat kuat,libion,libiceng,phuceng,madu stamina,madu phuceng,sehatshop,stamina pria,madu,jahe merah,purwoceng

Orang-orang Generasi Z merupakan orang yang lahir dimana teknologi sudah maju, di mana Spotify dianggap lebih keren dari radio, Sosial Media lebih baik dibanding koran, dan YouTube lebih menarik dibanding televisi.

Kabarnesia.com – Di era milenial saat ini, terlebih telah memasuki Generasi Z, semua hal dan tatanan ekonomi, sosial, budaya, dan ilmu pengetahuan pun semakin berubah. Pada akhir masa Generasi Y (milenial) dan di awal Generasi Z, semua hal terus mengalami perkembangan dan peningkatan ke arah yang lebih maju.

Dikutip dari Tirto, Generasi Z pertama kali dikenalkan oleh jurnalis Bruce Horovitz di tahun 2012, namun rentang umur yang digunakan masih belum jelas. Tapi, istilah itu sudah mulai populer di telinga ketika agen pemasaran Sparks and Honey viral di tahun 2014. Dari sanalah kemudian rentang umur Generasi Z yang dipakai adalah anak-anak kelahiran 1995 sampai 2014.

Sementara itu, pada Generasi Y, menurut Yuswohady, penulis 40 buku mengenai pemasaran, dalam hasil risetnya bersama seorang Business Analyst Suryati Veronika, yang disiarkan di website miliknya, mengatakan generasi ini memiliki karakteristik pada nilai-nilai dan perilaku berikut: connected, multitasker, tech-savvy, collaborator/cocreator, social, adventurer, transparent, work-life balance, dan sebagainya.

Yuswohady juga mengatakan, dengan keunikan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, politik, dan sejarahnya sendiri, Indonesia akan menghasilkan Generasi Z yang berbeda pula. Dengan demikian, proses perubahan dinamika generasi ke generasi, dan perbedaan karakteristik masing-masing generasi, akan membuat hampir semua tatanan kehidupan juga berubah.

Salah satunya dalam industri media. Pada Generasi Milenial atau Generasi Y, Lembaga Survey Ericsson mencatat, peralihan generasi beriringan dengan teknologi. Artinya, setiap generasi, memiliki kemajuan teknologinya masing-masing.

BACA JUGA:

Pengaruh Peralihan Terhadap Industri Media

Dikutip dari Republika, Ericsson mencatat pada 2011 silam hanya ada sekitar tujuh persen remaja berusia 16-19 tahun yang menonton video melalui YouTube. Rata-rata mereka menghabiskan waktu di depan layar perangkat mobile sekitar tiga jam sehari. Angka tersebut, melambung empat tahun kemudian menjadi 20 persen. Waktu yang digunakan untuk menonton streaming juga meningkat tiga kali lipat, yakni bisa mencapai sembilan jam dalam sehari.

Dari data yang ditemukan Ericsson, jelas sudah bahwa Generasi Y atau Generasi Mileniaal telah menyukai kegiatan layanan online, streaming, dan penggunaan perangkat mobile hingga 50-70% waktu dalam sehari. Mereka telah nyaman menggunakan perangkat-perangkat tersebut sehari-hari, karena dianggap lebih fleksibel dan tidak membutuhkan usaha dan biaya berlebih dalam mengonsumsi informasi.

Hal ini jelas menjadi fokus utama para pelaku industri media, khususnya media cetak. Media cetak yang dahulu masih fokus mencari keuntungan melalui iklan dan penjualan fisik, kini tergerus pasar online yang semakin marak digunakan. Akhirnya, para pelaku industri media sadar akan pentingnya penggunaan teknologi dan menarik pasar generasi milenial dengan ikut berbondong-bondong membuat jalur pasarnya sendiri melalui sistem online.

Tidak hanya media cetak, banyaknya konsumen yang menyukai layanan streaming video di YouTube dan ditambah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan pengiklan untuk beriklan di televisi, membuat para agensi periklanan ‘menyerbu’ YouTube sebagai media penyalur promosi mereka. Hal ini, menyebabkan banyaknya stasiun televisi juga ikut membuat akun Youtube untuk meraup keuntungan yang lebih besar.

Dikutip dari Republika, The Nielsen Global of E-commerce juga melakukan penelitian terhadap pergeseran perilaku belanja para Generasi Milenial. Berdasarkan total keseluruhan pengguna ponsel pintar yang disurvei, hasilnya, 61% konsumen memilih berbelanja menggunakan ponsel pintar, dan 38% lainnya memilih tablet atau perangkat mobile lain.

Ini membuktikan, penggunaan ponsel pintar berbanding lurus dengan perilaku belanja konsumen secara umum. Dengan mayoritas penduduk dunia menggunakan ponsel pintar saat ini, otomatis metode belanja online pun turut meningkat.

Jika pada Generasi Milenial atau Y saja sudah mulai terjadi transformasi berbagai hal, bagaimana dengan generasi Z kelak? Terlebih mereka lahir di kala teknologi sudah semakin moncer digunakan.

Dari hasil riset yang dilakukan Tim Riset Tirto terhadap 1.201 responden (kelahiran 1995-20014), di Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Denpasar, dan Tangerang, pada 9 Maret-16 Juni 2017, ditemukan data bahwa Generasi Z tidak lebih fokus dari Generasi Y, tapi lebih serba bisa, lebih individual, lebih global, berpikiran lebih terbuka, lebih cepat terjun ke dunia kerja, lebih wirausahawan, dan lebih ramah teknologi.

Dari sisi ekonomi, bahkan Generasi Z menjadi konsumen pembeli produk elektronik sebesar 62%. Hal tersebut dipengaruhi oleh kehidupan mereka yang serba terkoneksi teknologi dan internet.

Pengaruh peralihan Generasi Y menuju Generasi Z terhadap industri media tentu kita tunggu-tunggu. Sebab, akan menjadi sangat berbeda kehidupan dimana para Generasi Y yang hidup setengah-setengah—merasakan dunia sebelum era teknologi dan kemajuan teknologi, dan para Generasi Z yang sudah gila terhadap teknologi, akan berpengaruh para berbagai industri, khususnya media.

Orang-orang Generasi Y masih bisa menikmati membaca koran, mendengar radio, dan menonton televisi sembari menikmati kemajuan teknologi. Sementara, orang-orang Generasi Z merupakan orang yang lahir dimana teknologi sudah maju, di mana Spotify dianggap lebih keren dari radio, Sosial Media lebih baik dibanding koran, dan YouTube lebih menarik dibanding televisi.

Baca juga artikel menarik lainnya terkait Kabar Hiburan atau informasi terkini lain di Kabarnesia.

Comments

comments