Neraca Dagang Indonesia Defisit

1
340
neraca perdagangan
Neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit (Ilustrasi: Koran Sulindo)
obat kuat,libion,libiceng,phuceng,madu stamina,madu phuceng,sehatshop,stamina pria,madu,jahe merah,purwoceng

Nilai tukar rupiah dapat mencapai lebih dari 14 ribu rupiah per dolar AS sejak 8 Mei 2018, berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia.

Kabarnesia.com – Neraca perdagangan Indonesia saat ini tengah menurun drastis, dilihat dari bulan April saja Indonesia tengah mengalami defisit seebesar 1,63 miliar dolar AS. Hal ini menunjukan sedang tidak sehatnya perekonomian Indonesia.

Menurut pakar Ekonom Indef, Bhima Yudhistira, ini merupakan defisit terparah neraca perdagangan semenjak 2014. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), defisit neraca perdagangan pada tahun itu mencapai sebesar 1,96 miliar dolar AS pada bulan April.

“Transaksi berjalan juga defisit -2,3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi stagnan di 5 persen, konsumsi rumah tangga juga stagnan di 4,95 persen. Ini menunjukan ekonomi tidak sehat,” ucap Bhima Yudhistira pada hari Rabu (16/5).

Defisit neraca perdagangan membengkak terutama di bidang impor, karena di sepanjang bulan Januari hingga April 2018 menjadi 9 miliar dolar AS, lebih tinggi 700 juta dolar AS dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on yearl yoy). Impor migas tumbuh 40,8 persen (yoy) terkait efek kenaikan harga minyak mentah dunia.

Tekanan impor juga berasal dari barang konsumsi, yang mulai tumbuh 25,8 persen dibandingkan dengan bulan Maret. Hal ini dikarenakan, sesuai dengan musim menjelang bulan Suci Ramadhan. Sementara itu, dari impor bahan baku dan impor barang modal yang kian naik, kata Bima, lebih ditenggarai oleh kebutuhan industri manufaktur.

“Infrastruktur juga bukan dari segi investasi kan, tapi utang. Ini yang menyebabkan tidak sehat nya perekonomian,” ujar Bhima.

Pada bulan lalu, tepatnya bulan April, kinerja ekspor non migas juga sangat menurun dalam yakni -6,8 persen (month to month/mtm). Ekspor minyak sawit atau CP0 anjlok -4,5 persen (mtm), dan besi baja sama anjlok nya yakni sebesar -31,5 persen (mtm). Kinerja beberapa produk unggulan dari ekspor terutama, karena industri minyak sawit mentah (CP0) terhambat oleh bea cukai untuk masuk dari India dan adanya hambatan non tarif dari eropa.

BACA JUGA:

Penyebab Defisitnya Neraca Dagang Indonesia

Lalu paket-paket kebijakan tidak efektif juga ikut mendorong sektor industri. Respons kebijakan moneter yang menurutnya sangat lambat, karena bunga acuan BI 7 Day Repo Rate tidak dinaikkan. “Kondisi seperti ini tentunya tidaklah sehat bagi perekonomian. Dengan meningkatnya impor membuat permintaan dolar naik signifikan. Akibatnya rupiah diprediksi akan terus melanjutkan kelemahan hingga bulan Juni,” ujar Bhima.

Bhima Yudhistira telah memperkirakan nilai tukar rupiah dapat mencapai lebih dari 14 ribu rupiah per dolar AS sejak 8 Mei 2018, berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia. Sedangkan, pada tanggal 16 Mei rupiah di pasar spot juga kembali mengalami pelemahan sekitar 74 poin atau 0,52 persen di level 14.094 rupiah per dolar AS.

“Rupiah masih belum bisa dipotong sentimen dalam negeri. Ini akan menyebabkan cadangan devisa terus menerus terbuang. Dari awal tahun saja, sudah tergerus hampir 7 miliar dolar AS,” tutup Bhima

Pendapat lain juga diutarakan oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, defisit neraca perdagangan pada bulan April 2018 sebesar US$ 1,63 Miliar dikarenakan oleh faktor impor barang konsumsi. Impor barang konsumsi tersebut, kata Enggar yang salah satunya untuk memenuhi kebutuhan selama bulan puasa ini.

“Memang dari segi konsumsi kenaikan itu saya melihat menjelang bulan puasa dan lebaran kita masih bisa tolelir, karena terjadi peningkatan barang barang konsumsi. Bulan depan kita harapkan sedah terkoreksi,” tandas Enggar di Komplek Istana, Jakarta, pada hari Rabu (16/5).

Mengenai kenaikan dan melemahnya nilai rupiah terhadap nilai dolar, bukan semata-mata karena salah satu barang yang dikirim impor oleh Indonesia adalah bawang putih. Enggar menegaskan bahwa bawang putih bukan menjadi polemik di tengah masyarakat, karena bawang putih bukan menjadi kendala defisit neraca dagang di April 2018 menurun.

“Bawang itu rendah sekali, bawang putih itu US$ 48 juta dan itu sekian lama kita tahan. Waktu ditahan dimarahin, sekarang dikeluarkan dimarahin juga,” tutur Enggar.

Baca juga artikel menarik lainnya terkait Kabar Ekonomi atau informasi terkini lain di Kabarnesia.

Comments

comments

1 KOMENTAR

Comments are closed.