Kim Jong Un Tulis Surat Untuk Donald Trump

0
439
kim jong un
Donald Trump terima kiriman surat dari Kim Jong Un (Foto: Serambi Indonesia)
obat kuat,libion,libiceng,phuceng,madu stamina,madu phuceng,sehatshop,stamina pria,madu,jahe merah,purwoceng

Rencana digelarnya pertemuan akbar yang akan menjadi peristiwa bersejarah ini, merupakan pertemuan pertama kali yang dilakukan antara Presiden Amerika Serikat dengan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un.

Kabarnesia.com – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump telah menerima surat secara langsung di Gedung Putih. Surat itu dikirim dari Pemimpin Korut melalui perwakilannya yakni, seorang mantan Kepala Intelijen Korea Utara, Kim Yong Chol.

Dengan surat yang berukuran cukup besar, tidak seperti surat pada umumnya, membuat surat ini menjadi menarik dan berbeda daripada yang lain. Setelah menerima surat itu, Donald Trump mengumumkan akan dilaksanakannya kembali pertemuan tingkat tinggi dengan pemimpin Korut, Kim Jong Un, di Singapura pada 12 Juni 2018. Tanggal tersebut merupakan jadwal semula yang sempat dibatalkan secara sepihak oleh Trump.

“Kesepakatan besar akan terjadi pada 12 Juni,” ucap Trump, seperti dilansir The Guardian (2/6).

Kunjungan langka berdurasi sekitar 90 menit ini, membuat Kim Yong Chol dinilai tidak lumrah, karena dirinya merupakan mantan kepala mata-mata dan seorang jenderal Korut yang sedang dijatuhi sanksi oleh Washington. Donald Trump mengatakan, jika pertemuannya nanti dengan Kim Jong Un di Singapura akan membahas persoalan perang Korea secara resmi.

“Kami akan bertemu pada 12 Juni mendatang di Singapura. Semuanya akan berjalan dengan baik,” ucap Trump kepada wartawan saat dijumpai di halaman Gedung Putih.

Donald Trump juga mengingatkan, bahwa KTT tersebut kemungkinan tidak mencapai kesepakatan final perihal program nuklir yang diusung oleh Korea Utara. “Saya tidak pernah mengatakan persoalan tersebut akan tuntas dalam satu kali pertemuan saja. Saya pikir semua itu membutuhkan proses, tetapi hubungan yang sedang kami bangun merupakan hal positif,” tambahnya.

BACA JUGA:

Pertemuan Bersejarah

Rencana digelarnya pertemuan akbar yang akan menjadi peristiwa bersejarah ini, merupakan pertemuan pertama kali yang dilakukan antara Presiden Amerika Serikat dengan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un. Presiden Donald Trump telah menawarkan bantuan untuk membangun kembali perekonomian utara, apabila negara itu akan menghapus program senjata nuklirnya.

Sementara Kim Jong Un mengatakan, masih ada komitmen untuk melakukan program denuklirisasi, walaupun masih belum jelas seperti apa bentuk pertemuan teknis nantinya.

Kunjungan Jenderal Kim Yong Chol ke Washington, terjadi sehari setelah dirinya bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo di New York. Pompeo memberitahukan bahwa pembicaraan mereka terkait program denuklirisasi subtantif.

“Presiden Donald Trump dan saya percaya bahwa Kim merupakan pemimpin yang dapat membuat keputusan seperti itu. Dan beberapa pekan dan bulan kedepan, kami memiliki kesempatan untuk menguji apakah hal ini benar terjadi atau tidak,” kata Pompeo.

Terkait pertemuan bersejarah di Singapura, Tim dari Amerika Serikat yang dipimpin pejabat Gedung Putih, Joe Hagin, yang diperkirakan akan bertemu dengan Kim Chang Son, sebagai kepala staf kepemimpinan Korea Utara. Keduanya akan membicarakan masalah logistik saat pertemuan nanti digelar.

Akan tetapi, Trump memastikan sanksi Washington terhadap Pyongyang akan menjadi salah satu topik yang akan dibahas nantinya. “Saya menantikan sekali, hari dimana saya dapat mencabut sanksi terhadap Korea Utara,” kata Trump.

Dan pada waktu yang hampir bersamaan, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov tengah berada di Pyongyang untuk berdiskusi dengan Kim Jong Un, yang menjadi pertemuan pertama pemimpin Korea Utara dengan Pejabat senior Rusia. Sergei Lavrov dalam pertemuannya, menyampaikan undangan bagi Kim untuk mengunjungi Moskow yang sebagai ibukota Rusia.

Kami akan membahas tentang mengakhiri perang yang sudah terjadi secara berlarut-larut, perang antara Korea Utara dan Korea Selatan. Pembahasan juga akan mengacu pada fakta bahwa kedua negara tersebut belum menandatangani perjanjian damai setelah konflik 1950-1953. “Itu sesuatu yang bisa keluar pada pertemuan 12 Juni mendatang,” imbuhnya.

Baca juga artikel menarik lainnya terkait Kabar Internasional atau informasi terkini lain di Kabarnesia.

Comments

comments