Laporan MH370: Ada Campur Tangan Pihak Ketiga

0
291
mh370
Animasi MH370 tenggelam (Gambar: News.co.au)
obat kuat,libion,libiceng,phuceng,madu stamina,madu phuceng,sehatshop,stamina pria,madu,jahe merah,purwoceng

“Telah ditetapkan bahwa pesawat yang berbalik arah dilakukan di bawah kontrol manual, bukan autopilot … kita tidak dapat mengesampingkan campur tangan yang melanggar hukum oleh pihak ketiga,” ujar Kok Soo Chon.

Kabarnesia.com – Sebuah laporan keamanan baru terkait hilangnya pesawat MH370 telah menyimpulkan bahwa pesawat secara manual berbalik arah di udara, tidak berada di bawah kendali autopilot, dan terdapat “campur tangan tidak sah oleh pihak ketiga” yang tidak dapat dikesampingkan.

Ini juga menyangkal teori yang telah mengatakan, pilot dan co-pilot yang membawa pesawat tersebut ke dalam misi bunuh diri, dan adanya tuduhan kegagalan mekanis pesawat.

Namun, laporan yang sudah lama ditunggu, yang awalnya digambarkan sebagai “laporan akhir”, meskipun peneliti kemudian mundur dari pernyataan itu, kini membuat perasaan para keluarga korban kembali teriris, setelah gagal memberikan kesimpulan konkret tentang alasan pesawat menghilang atau menemukan indikasi tempat hilangnya pesawat.

Pada konferensi pers di Putrajaya, Malaysia, Dr Kok Soo Chon, penyelidik yang bertanggung jawab atas investigasi keselamatan MH370, tidak menyalahkan insiden itu tetapi mengatakan adanya beberapa protokol yang rusak oleh kontrol lalu lintas udara di Malaysia dan Vietnam, yang memastikan bahwa pesawat telah hilang selama 20 menit sebelum ada yang diperingatkan.

Soo Chon juga menyimpulkan bahwa keempat pemancar darurat darurat MH370 (ELT), tidak berfungsi, artinya mereka tidak mengeluarkan sinyal marabahaya normal yang akan membantu menemukan pesawat. Laporan tersebut mencatat bahwa ada kesulitan yang dilaporkan dengan sinyal ELT jika pesawat memasuki air, tetapi tidak dapat memberikan alasan yang meyakinkan untuk kegagalan tersebut.

Salah satu dari beberapa kesimpulan konkret yang ditarik dalam laporan itu adalah bahwa pesawat melakukan manuver memutar, keluar dari jalur penerbangan normal tepat setelah jam 1 pagi, dimulai secara manual, baik oleh pilot atau pihak ketiga, bukan karena autopilot. Namun, laporan tersebut tidak menyebutkan adanya berspekulasi terkait alasan pesawat bermanuver memutar dari jalur yang semestinya.

“Berputarnya pesawat tidak dapat dikaitkan dengan sistem anomali,” kata Kok Soo Chon. “Telah ditetapkan bahwa pesawat yang berbalik arah dilakukan di bawah kontrol manual, bukan autopilot … kita tidak dapat mengesampingkan campur tangan yang melanggar hukum oleh pihak ketiga,” ujarnya dalam konferensi pers tersebut, dikutip The Guardian, Senin (30/7).

Kok menambahkan bahwa beberapa bukti sementara telah menunjukkan tidak adanya gangguan yang melanggar hukum, seperti komunikasi berhenti dan berputar balik yang disengaja. Ia juga menekankan bahwa tidak ada kelompok teroris yang mengambil alih pesawat.

Penerbangan MH370, yang melakukan perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing, lenyap pada Maret 2014 dengan 239 orang di dalamnya. Pesawat itu baru saja memasuki wilayah udara Malaysia, ketika hilang, Boeing-777 mengubah arah, terbang selama lebih dari enam jam dengan sistem satelit dan navigasi yang dimatikan, sebelum jatuh ke Samudra Hindia.

Upaya untuk menemukan pesawat telah dilakukan selama empat tahun terakhir, bahkan menjadi salah satu operasi pencarian bawah air terbesar dalam sejarah, tetapi tidak menghasilkan hasil, selain tiga fragmen sayap yang hanyut di pantai, sehingga membuat para keluarga korban yang ditinggalkan mengalami ketidakpastian informasi terkait hilangnya pesawat.

BACA JUGA:

Bantahan Berbagai Tuduhan Terhadap Hilangnya MH370

Bukannya memberikan jawaban, laporan setebal 1.500 halaman itu justru menyangkal banyak teori yang telah berlimpah tentang apa yang terjadi pada MH370. Termasuk di dalamnya terkait tuduhan yang menyalahkan pilot dan co-pilot, yang dianggap  menjatuhkan pesawat dalam misi bunuh diri, dan juga tuduhan bahwa pesawat itu mengalami kegagalan mekanis.

“Tidak ada catatan kerusakan atau cacat pada pesawat yang bisa berkontribusi pada hilangnya pesawat,” kata Kok.

Peran pilot yang dianggap bertanggung jawab pada hilangnya pesawat disangkal oleh laporan itu. Kok mengatakan para penyelidiknya melihat dengan cermat latar belakang pilot dan tidak menemukan apa pun yang bisa menimbulkan kecurigaan.

“Kami telah memeriksa pilot dan co-pilot dan kami cukup puas dengan latar belakang mereka, dengan pelatihan mereka, dengan kesehatan mental mereka,” katanya. “Kami tidak berpendapat bahwa itu kesengajaan yang dilakukan oleh pilot,” lanjutnya.

Dia menambahkan, “Saya tidak mengesampingkan apa pun, tetapi ada dua psikiater di tim saya dan mereka bertanggung jawab untuk memeriksa rekaman audio dari pilot dan mereka menyimpulkan tidak ada keraguan dan tidak ada tekanan dalam rekaman, itu semua normal, dan mereka juga merekam rekaman dari CCTV … mereka tidak menemukan perubahan perilaku yang signifikan pada pilot sebelum berangkat.”

Teori lain yang dibantah oleh laporan itu termasuk spekulasi bahwa muatan pesawat, yang terdapat 4.566 kg manggis dan 221 kg baterai lithium-ion, telah memicu kebakaran.

Secara keseluruhan penyelidik keselamatan menemukan kesalahan paling besar dengan pengendali lalu lintas udara, pertama di Kuala Lumpur dan kemudian Ho Chi Minh City, yang dimaksudkan untuk mengawasi pesawat, tetapi tidak mengikuti protokol, yang berarti pesawat itu keluar dari radar selama sekitar 20 menit sebelum laporan hilang masuk.

“Pengontrol lalu lintas udara tidak memulai berbagai fase darurat yang diperlukan dari mereka, sehingga menunda aktivasi operasi pencarian dan penyelamatan,” katanya.

“Mereka tidak melakukan pengawasan terus menerus pada layar radar, tidak melepaskan kontrol sesuai dengan waktu transfer yang disepakati, terlalu bergantung pada informasi yang disamarkan dan tidak memulai berbagai fase darurat seperti yang diperlukan,” ujar Kok Soo Chon.

Baca juga artikel menarik lainnya terkait Kabar Internasional atau informasi terkini lain di Kabarnesia.

Comments

comments