
Kabarnesia.com – Stafsus milenial jokowi, awal diangkat menerbitkan harapan akan terobosan-terobosan yang akan dilakukan.
Soalnya, tidak main-main, mereka yang tergabung di dalam staf khusus ini, sejatinya adalah para entrepreneur muda, inovator, dan CEO di perusahaan masing-masing.
Tidak hanya sukses di karir, mereka adalah penggerak dari masing-masing komunitasnya! Stafsus milenial ini juga awalnya menjadi representasi kaum milenial yang sukses sebelum waktunya, maksudnya usia wajar seorang bisa sukses pada umumnya.
Sayang beribu sayang, kehadiran mereka malah lebih banyak mempertontonkan polemik seperti halnya kasus ruang guru/skill academy dan narsisme billy yang sedikit banyak menggerogoti kredibilitas dan ketulusan mereka membangun bangsa.
Gaung kinerja mereka terkesan kalah bergema dibandingkan kontroversi dan polemiknya!
Pandemi harusnya jadi momentum unjuk gigi
Seorang inovator yang bergantian dengan jeff bezos menjadi orang terkaya dunia, elon musk, mengatakan bahwa “Beberapa orang tidak suka perubahan, tetapi kamu perlu menerima perubahan jika alternatifnya adalah bencana.”
Bencana seperti pandemi harusnya diterima sebagai kondisi untuk melakukan perubahan dan inovasi. Stafsus milenial, dalam hal ini, seharusnya, adalah jagonya di bidang ini!
Sekali lagi, mereka adalah pengusaha kelas nasional yang membangun usaha nya dari tingkat bawah dan terus berinovasi, hingga diakui secara nasional, bahkan internasional!
Namun, kemana saat ini nafsu berinovasinya untuk negeri? nyaris tidak terdengar apapun hasil kinerjanya, meski menurut sumber yang ada, mereka digaji setara direksi di BUMN, yakni kurang lebih Rp. 50 juta sebulan.
Pejabat publik, output mesti diketahui publik
Pejabat negeri ini digaji oleh publik, termasuk stafsus milenial ini, mereka memiliki tanggung jawab kepada bos besarnya, yakni seluruh rakyat Indonesia!
Jika bos besar mereka sendiri tidak tau apa pekerjaan mereka dan hasil yang didapatkan, untuk apa terus dipertahankan?
Meskipun begitu, menurut peneliti dari Indo Strategic Research and Consulting, Arif Nurul Imam kepada tirto.id, bisa jadi memang mereka telah menelurkan konsep ciamik untuk bangsa, namun karena kewenangan terbatas, tidak didukung kekuatan politik lain yang mencengkram presiden, hingga kalah dengan suara oligarki, jadinya konsep tersebut bisa jadi hiasan tong sampah di kantor kepresidenan semata.
Walau memang miliki kewenangan terbatas, stafsus ini harusnya berinovasi dan menggebrak dalam komunikasi ke publik. Bukan hal yang sulit jika mereka memiliki kanal komunikasi digital yang aktif di media sosial atau website, buat itu menjadi interaktif, sehingga keberadaan mereka bisa jadi lumbung aspirasi dan inspirasi kalangan milenial lainnya.
Sebagai figur yang telah berhasil membangun perusahaan yang tidak kecil, harusnya para figur stafsus milenial ini bisa lebih mendobrak tembok-tembok birokrasi, agar manfaat mereka benar-benar dirasakan oleh rakyat!