
Kabarnesia.com – Penyebab corona naik bulan juni yang melonjak drastis hingga sekarang! Tercatat sudah lebih dari 30-ribuan penambahan kasus aktif dalam waktu sehari. BOR (Bed Occupancy Rate) Rumah Sakit, tidak perlu ditanya lagi, karena sudah penuh tak terkendali!
Pemerintah merespon dengan menerbitkan aturan PPKM Darurat, yang mana mengharuskan 100% karyawan non esential dan critical untuk WFH (Work From Home), menutup tempat ibadah, serta melarang aktivitas makan di restoran, dan sebagainya.
Langkah pemerintah yang cenderung reaktif dan panik dengan PPKM darurat ini, disayangkan oleh epidemiolog Pandu Riono, yang terkenal dengan istilah “Herd Stupidity”.
Dia mengatakan bahwa kondisi ini sudah ia prediksi, ia menyampaikan kepada menkes dan juga gubernur anies, ia pun menambahkan, gubernur anies telah mengusulkan bahwa harus dilakukan pengetatan sejak ada trend peningkatan BOR di Jakarta. Namun, sudah jelas jawaban pemerintah pusat: ditolak!
Pengakuannya tercuit dalam akun twitter pribadinya: “Akhir Mei setelah mendengarkan masukan Tim Pandemi @fkmui ttg potensial lonjakan yg dapat terjadi, @aniesbaswedan segera usulkan ke pemerintah pusat agar segera dilakukan pengetatan maksimal Jawa-Bali. Tak diterima, karena isu ekonomi. Ada KPC-PEN, tapi yg terpikir hanya PEN.”
– @Drpriono1
Mudik bukan satu-satunya penyebab covid melonjak!

Penyebab corona naik karena mudik sempat dilemparkan pemerintah, namun tidak begitu lama, hal tersebut dibantah PB IDI (Ikatan Dokter Indonesia).
“Kalau (penyebabnya) mudik, mudik yang mana? tanggal 4-17 (Mei) sudah selesai masa inkubasi, nah setelah tanggal 17 saya nggak tahu, itu bisa dikaitkan, karena 4-17 (Mei) kalau dia mudik dia sudah nulari, dan saat itu 7 hari sudah keluar gejala. Jadi ini tidak mungkin, mungkin ada salah satunya iya. Tapi faktor pencetus utama adalah masuknya virus delta ke Indonesia,” ujar Wakil Ketua Umum Pengurus IDI, Slamet Budiarto, dilansir dari detik.com.
Ia melanjutkan, masih dilansur detik.com, “Jadi mudik itu bukan satu-satunya penyebab, penyebab utamanya adalah masuknya virus delta dari luar negeri, baik yang dibawa oleh orang asing ataupun dibawa orang Indonesia yang bekerja di sana. Artinya, tidak ketat (pengawasan keluar masuk).”
Sudah jelas jika mudik yang dilarang pemerintah, tidak dapat menjadi faktor penyebab membludaknya covid-19, namun utamanya adalah virus delta yang agaknya diimpor dari luar negeri. Seperti yang kita tahu, apabila virus corona varian delta ini sempat mengamuk di India bulan april dan mei lalu.
3 Penyebab Corona Melonjak Setelah Lebaran 2021

Penyebab corona naik menurut pengamatan dan riset kabarnesia.com, ada 3 penyebab utamanya, yakni:
Masuknya varian mutasi impor baru dari virus corona: Delta, Kappa, dsb. Faktor ini jelas yang utama, karena India telah membuktikannya. Negara dengan mayoritas agama hindu tsb, pernah merasakan dahsyatnya badai corona varian ini.
Virus delta ini dianggap menular 5-6 x lebih cepat dibanding varian lainnya, meski tidak lebih mematikan dibandingkan pendahulunya, namun tetap saja transmisi penularan yang masif dan agresif, bisa hancurkan infrastruktur kesehatan nasional.
Euforia vaksinasi dan minimnya edukasi proses saat vaksinasi. Banyak pihak yang telah divaksinasi, merasa lebih aman dari covid, hingga abai terhadap prokes.
Ada kesalahan pemahaman di masyarakat, yang mana jika sudah vaksinasi, maka akan kebal virus, sehingga tidak perlu melakukan prokes. Padahal, vaksinasi hanya berfungsi untuk tidak menjadikan kondisi pasien berbahaya dan meninggal, namun tetap bisa tertular dan menularkan.
Hal ini diperparah dengan kondisi dilapangan saat vaksinasi, banyak pihak mengaku tidak mendapatkan edukasi yang cukup dari petugas vaksinator, bahwa ia tetap harus menjaga prokes setelah vaksinasi.
Tidak ada ketegasan terhadap pihak yang abai prokes (Protokol Kesehatan). Dalam survey UNICEF dan Nielsen, masyarakat Indonesia yang melaksanakan prokes secara konsisten dan lengkap, hanya 31,5%. Sehingga kesimpulannya, sebagian besar penduduk memang masih abai terhadap prokes.
Hal yang memperburuknya adalah, tidak adanya penegakan disiplin, atau bahkan hukuman, yang jelas dan tegas kepada masyarakat yang melanggar. Tidak heran, 2 tahun pandemi melanda negeri, tingkat kepatuhan prokes masih sangat rendah!
Saran untuk pemerintah agar covid-19 mereda

Penyebab corona naik telah dijelaskan di atas, lalu langkah apa yang seharusnya pemerintah ambil? berikut saran dari kabarnesia.com:
Analisa apa yang paling dibutuhkan dan prioritaskan:
- Tingkatkan kemampuan infrastruktur kesehatan. Jangan ada lagi BOR yang kurang, semakin banyak pasien, infrastruktur makin harus disiapkan.
Tentu pak jokowi paham, karena saat periode pertama dulu, fokusnya infrastruktur jalan agar lalu-lintas semakin lancar. Mengapa tidak bisa dilakukan untuk infrastruktur kesehatan? - Prioritaskan anggaran untuk industri kesehatan. Janganlah lagi terdengar pemerintah masih menunggak biaya RS.
Bukan hanya biaya RS, tapi anggaran juga difokuskan lintas kementrian, untuk mendorong tumbuhnya industri kesehatan lain, seperti farmasi dan herbal yang dibutuhkan selama pandemi. - Efisiensi sana-sini, bubarkan badan-badan setara kementrian yang tidak berguna. Jika perlu potong seluruh gaji dan tunjangan pejabat kementrian dan anggota dewan.
Tegakkan hukum untuk para pelanggar prokes. Tidak harus pidana, namun ancam mereka yang 2x ketahuan tidak taat, untuk didata dengan konsekuensi tidak akan mendapatkan bantuan sosial baik keuangan dan kesehatan selama pandemi, apabila tidak taat prokes.
Hukum berat pejabat dan aparatur negara yang melanggar prokes. Mereka harusnya jadi teladan, bukan jadi senjata alasan masyarakat untuk abai.
Tutup pintu dari luar negeri selama PPKM Darurat/PSBB, terutama negara dengan badai covid-19. Cukup sudah kecolongan varian delta dari WNA India yang sempat menyerbu tanah air beberapa bulan lalu, kita seharusnya belajar dari kesalahan, jangan mengulanginya.
Menutup pintu dari WNA selama PPKM Darurat, juga berkhasiat untuk menenangkan warga yang kesulitan PPKM darurat, pemerintah haruslah menutup celah alasan “Kok rakyat dikurung di rumah, tapi WNA dan TKA terus menerus masuk?”. Kondisi ini merentankan solidaritas nasional dan kredibilitas pemerintah di mata rakyat.
Panggil dewan pers, koreksi media! Jurnalis bukan manusia suci, terdapat dosa yang ia miliki pada pandemi, contohnya adalah menuliskan judul yang provokatif dan cenderung “klik bait” terkait dengan pandemi.
Kondisi masyarakat yang masih minim literasi, cepat mengambil kesimpulan hanya dari membaca judul, adalah bom waktu provokasi yang harusnya diantisipasi. Pemerintah bersama dewan pers haruslah membuat panduan menulis judul yang mana “Klik bait” judul yang sensasional dan cenderung provokatif dapat diperkarakan jika terbukti memancing keonaran.