
Kabarnesia.com – Perang rusia vs ukraina sudah berlangsung selama berbulan-bulan. Banyak pihak awalnya memprediksi perang hanya berlangsung 1-2 minggu.
Dengan taktik ala-ala blitzkrieg (perang instan), rusia diprediksi menaklukkan kiev dengan segera, menumbangkan rezim zelensky, dan menggantinya dengan penguasa pro-rusia.
Namun, prediksi tersebut meleset. Entah ini memang strategi rusia untuk mempraktekkan strategi bumi-hangus kepada kota-kota besar ukraina, alih-alih blitzkrieg, atau malah rusia sendiri salah prediksi? hal ini diperkuat dengan bertumbangannya jendral, prajurit, dan alutsista rusia di ukraina.
Lalu, mengapa perang dibiarkan terus berlarut-larut? apakah ini yang diingingkan rusia atau justru menunjukkan rasa frustasi rusia. Hal ini akan kita bahas pada serial artikel berikutnya terkait rusia vs ukraina 2022.
Rusia negara militer terbesar dengan kemampuan nuklir
Selain amerika serikat dan beberapa negara besar eropa, seperti prancis dan inggris, rusia adalah negara yang sangar kemampuan nuklirnya!
Rusia memiliki sekitar 6.257 hulu ledak nuklir pada tahun 2021, bandingkan dengan amerika serikat yang “hanya” 5.500 buah.
Mayoritas kemampuan nuklir rusia memiliki tenaga pelontar ICBM (Inter Continental Ballistic Missile) atau rudal (peluru kendali) balistik antar benua yang berarti rudal jarak jauh antar benua.
Rudal-rudal ini, banyak yang mengatakan, mampu menyentuh dataran amerika serikat sekalipun. Bahkan, kemampuannya setara dengan hipersonic, yang nyaris mustahil bagi rudal pertahanan patriot untuk menggagalkannya.
Singkat cerita, jika rusia nekat, maka negara-negara NATO bisa lekas jadi “gosong” oleh nuklirnya. Namun, itu jika rusia nekat, karena sudah pasti setelahnya atau saat bersamaan, negara-negara NATO yang totalnya memiliki 5.943 hulu ledak nuklir, akan memborbardir rusia juga.
Walaupun masih belum bisa diprediksi apakah hulu ledak nuklir tersebut akan mendarat di daratan rusia atau tidak? mengingat rusia memiliki sishanud (sistem pertahanan udara) yang solid dari S-400 nya. Juga, negara-negara NATO saat ini, menurut informasi yang beredar, belum memiliki rudal hipersonic yang memungkinkannya lolos dari sishanud tersebut.
Rusia diprediksi tidak akan menuklir ukraina
Meski rusia memiliki kapasitas nuklir yang mengerikan, namun bisa menjadi pasti, jika kapasitas tersebut tidak akan digunakan di ukraina!
Mengingat beberapa faktor berikut:
- Tujuan rusia hanya ingin mencegah ukraina bergabung dengan NATO.
- Rusia masih memiliki simpatisan yang jumlahnya banyak di ukraina.
- Serangan rusia, menurut sumber internalnya, menurunkan target, menjadi hanya untuk tujuan “demiliterisasi” atau menghilangkan kemampuan militer dari ukraina.
- Terkait poin di atas, jika demiliterisasi tercapai, maka wilayah donbas (donetsk & luhansk) yang akhirnya mendapatkan pengakuan dari rusia, bisa merdeka dengan damai.
- Limbah radioaktif melalui udara, air, dan tanah, bisa mengkontaminasi wilayah rusia atau wilayah pro-rusia seperti donbas & krimea.
- Rusia tidak ingin bunuh diri! Karena jika nuklir digeber ke negara yang “sekelas” ukraina, maka NATO akan masuk dengan kemampuan nuklirnya untuk menyerbu rusia. Tentu dengan alasan rusia adalah penjahat perang no #1 yang wajib jadi musuh bersama.
- Rusia ingin nuklir jadi deterensi bagi NATO untuk jangan ikut campur lebih banyak lagi. Sehingga nuklir hanya jadi bargaining power yang cukup menggetarkan NATO.
Karenanya, prediksi perihal rusia akan gunakan nuklirnya pada ukraina, bisa menjadi berita isapan jempol belaka. Kecuali pemimpin rusia berganti dengan orang yang lebih nekat dari vladimir putin!