Film Mencuri Raden Saleh (MRS) karya sutradara Angga Dwimas Sasongko membuktikan bahwa filem Indonesia tidak melulu komedi, romansa, atau horor!
Genre action dan lebih spesifik: heist! atau pencurian ternyata berhasil mencuri perhatian yang besar dari pemirsa. Terbukti saat artikel ini ditulis, sudah ada sekira lebih dari 2.3 juta penonton! Harapannya, akan terus bertambah, mengingat hingga hari ini, mencuri raden saleh belum turun layar!
Tidak hanya penulisan yang baik, namun eksekusi dari filem ini tergolong brilian! mulai dari sinematografi yang apik dengan style ala-ala series garapan netflix, hingga eksekusi adegan aksi, seperti kejar-kejaran dengan polisi di jalanan, lalu aksi perkelahian yang dikemas dengan koreografi yang baik.
Namun, bukan itu yang harus kita bahas kali ini, karena sudah banyak media baik lokal maupun nasional yang membahasnya. Kita akan fokus pada makna aktor-aktor dalam film ini dalam membalas oligarki!
Pemeran Mencuri Raden Saleh
Dalam hal pemilihan aktor dan aktris, angga dwimas sasongko terhitung sangat berani. Karena mereka yang jadi ‘komplotan raden saleh’ ini terbiasa menjadi aktor utama (lead aktor/aktris) dalam film mereka masing-masing.
- Piko : Iqbaal Ramadhan
- Ucup : Angga Yunanda
- Sarah : Aghniny Haque
- Fela : Rachel Amanda
- Tuktuk : Ari Irham
- Gofar : Umay Shahab
Serta pemain pendukung yang tidak kalah sangar, yakni:
- Permadi : Tyo Pakusadewo
- Ayah Piko : Dwi Sasono
- Mba Dini : Atiqah Hasiholan
- Perwira Polisi : Ganindra Bimo & Andrea Dian
Sinopsis Mencuri Raden Saleh
AWAS! TULISAN SELANJUTNYA MENGANDUNG SPOILER!! BERHENTI BACA JIKA KAMU BELUM NONTON FILM INI!
Cerita berawal dari Piko yang ahli dalam melukis, namun karena keadaan ekonomi, memilih jalur yang salah: menjadi pemalsu lukisan mahal!

Bakat Piko ini didukung oleh sahabatnya, ucup yang jago komputer nyerempet-nyerempet jadi hacker dan dimanfaatkan (dalam artian negatif) oleh mba Dian seorang kurator istana.
Cerita menjadi terbentuk ketika Piko & Ucup mendapat job dari Mba Dian untuk menduplikasi lukisan raden saleh yang sangat terkenal! Awalnya, piko menolak karena sangat respect dengan lukisan tersebut, namun imannya langsung goyah ketika bayaran dari pekerjaan tersebut seharga Rp. 2 Milyar, setara dengan ongkos membebaskan Ayahnya dari penjara!
Pekerjaan selesai, mereka akhirnya janjian ketemuan, namun alangkah terkejutnya mereka, ketika yang datang tidak hanya mba Dian sebagai klien mereka, namun juga Permadi, seorang mantan presiden yang mundur karena skandal suap dan korupsi anak semata wayangnya!
Pada tempat yang sama, permadi memberikan tantangan tambahan kepada mereka, bahwa bayaran akan berlipat-ganda menjadi 17 Milyar! Apabila mereka berhasil menukar lukisan raden saleh yang asli, yang ada di Istana Negara, dengan lukisan KW buatan piko.
Tantangan terpaksa mereka terima, karena permadi mengancam akan mengusik Ayah Piko di Penjara, apabila mereka menolak tantangan tersebut!
Permadi lantas memberikan uang DP sebesar Rp. 500 juta untuk mereka membentuk tim heist (pencurian/maling), lantas bergabunglah tuktuk, gofar, sarah, dan fela!
Selanjutnya cerita berlanjut hingga konflik muncul saat rencana pencurian tersebut gagal total dan salah satu personel mereka mesti tertangkap polisi! Setelah kegagalan tersebut, mereka mulai menyadari bahwa mereka cuma dijebak! hingga muncul kemudian aksi balasan (retaliation) dari mereka kepada permadi yang menjadi simbolisasi sempurna dari oligarki!
Untuk cerita selanjutnya bisa langsung nikmati pada film mencuri raden saleh yang masih tayang di bioskop-bioskop seluruh Indonesia!
Kelebihan dan Kekurangan Film Mencuri Raden Saleh
Film ini sendiri nyaris sempurna dari sisi eksplorasi genre, penulisan, hingga eksekusi akhir, namun ada beberapa yang perlu dicermati dalam sesi pros (kelebihan) & cons (kekurangan) berikut ini:
Pros:
- Eksplorasi genre film heist yang pertama ada di Indonesia benar-benar patut jadi apresiasi, terlebih film ini termasuk sukses secara komersil (box office Indonesia) karena penontonnya sudah lebih dari 1 Juta penonton.
- Perpaduan aktor-aktor yang terbiasa jadi aktor utama termasuk baik, tidak ada aktor yang menonjol secara tidak perlu.
- Banyak plot twist yang terjadi sehingga membuat film ini makin menarik, meski durasinya panjang lebih dari 2 jam, namun tidak membuat kantuk.
- Unsur komedinya sangat pas, tidak cringe berlebihan namun juga tidak terlalu dark.
Cons:
- Cerita terlalu fokus kepada Piko sebagai pusat masalah dan alasan dari beragam aksi mereka.
- Masih menyambung pada poin sebelumnya, karena cerita terlalu fokus kepada Piko, kita jadi kurang mengerti motivasi dari tokoh lainnya dalam membantu piko, selain uang, tentunya.
- Integritas tokoh utama meragukan! Sedikit mengecewakan, ketika awalnya piko menolak pekerjaan untuk meniru lukisan raden saleh untuk dipalsukan, dengan alasan respect, namun tidak sampai 1 menit ia langsung setuju karena bayarannya Rp. 2 Milyar!
- Transisi heist skill (kecakapan dalam mencuri) yang terlalu mendadak. Awalnya mereka mengaku ‘kami bukan pencuri’ tapi sejurus kemudian, tidak sampai hitungan bulan, tanpa proses latihan yang cukup, mereka berubah jadi pencuri profesional. Tidak hanya saat menolong permadi, tapi saat membalas permadi, aksi mereka malah makin matang dan profesional. Ini terlalu cepat!
- Motivasi karakter antagonis yang kurang kuat. Untuk apa permadi repot-repot harus mencuri lukisan, jika alasannya mau balas dendam kepada Negara? toh, tidak menimbulkan kekisruhan apapun?! Karena tidak ada yang tau lukisan tersebut palsu!
- Kurang eksplorasi makna dan keindahan dari lukisan raden saleh sebagai pusat cerita. Piko memang menjelaskan tentang lukisan ini dan beragam keindahannya, namun kurang mengekspos sisi politis yang melatar-belakangi lukisan tersebut. Yang lucunya, mirip-mirip dengan nasib mereka.
Rekomendasi:
Perhatikan poin-poin cons di atas? sebagian besar adalah kurangnya latar motivasi dari para tokoh yang tergabung secara konstruktif untuk membentuk cerita dalam film ini! Tidak seperti serial money heist yang penonton benar-benar terhanyut dengan latar yang kuat dari masing-masing tokoh, sehingga kita memaafkan perilaku kotor tersebut.
Pada film MRS ini, sulit untuk benar-benar jatuh cinta pada karakter tokoh, karena kita kurang mendapat asupan terkait latar belakang dan motivasi mereka. Tentu ini terkait durasi.
Karena itu, rekomendasi yang paling pas adalah: buat serial atau spin off dari film ini, jadikan film ini sebagai pemicu dari cerita serial atau spin off, saat itu lakukan eksplorasi, kalau perlu, eksploitasi motivasi dan latar belakang dari tokoh-tokoh, sehingga kita akan jatuh cinta dengan mereka, dan dengan mudah memaafkan prilaku kriminalnya!
Ini mencuri lukisan raden saleh tentang penangkapan pahlawan bangsa, lho! Ada harga diri bangsa yang bisa terluka jika harta karun ini dipalsukan oleh anak-anak ingusan! Apalagi tanpa motivasi yang sangat kuat.
Lukisan Raden Saleh: Penangkapan Paksa Pangeran Diponegoro

Lukisan dari pelukis terkenal, raden saleh yang jadi objek dari film ini, sangat kurang tereksplorasi, padahal maknanya jelas: pengkhianatan oligarki! yang dalam film juga tergambar dengan kisah mereka yang dijebak & dikhianati oleh oligarki, dalam hal ini permadi!
Adegan dalam kisah lukisan raden saleh: penangkapan pangeran diponegoro tergambar jelas perlawanan terakhir dari pahlawan bangsa tersebut, yang mana, saat sudah tertangkap, beliau masih membusungkan dada, tanda tidak menyerah!
Alkisah, saat itu, sang pangeran dikhianati oleh orang-orang kepercayaannya yang berkomplot dengan penjajah belanda. Beliau diundang oleh pejabat belanda untuk berunding, dengan niat baik, beliau datang, namun malah ditangkap dan langsung diasingkan secara tidak adil!
Sayang, menurut sejarah, pengkhianatan kepada pangeran tsb ternyata dilakukan oleh elit-elit keraton saat itu, yang menganggap pangeran diponegoro adalah gangguan bagi langgengnya kekuasaan mereka. (baca: Harian Republika).
Mereka, para elit kekuasaan saat itu, lebih rela kekuasaannya langgeng dengan berkomplot kepada penjajah dan orang asing, daripada membela rakyat dan saudara sebangsa. Itulah gambaran jelas dari jahatnya oligarki bagi sebuah bangsa!
Oligarki selalu identik dengan bancakan kekuasaan, saat ada negara atau bangsa cuma jadi piala bergilir bagi kalangan mereka-mereka saja. Rakyat cuma jadi alat tukar, kalau tidak mau disebut komoditas, bagi mereka yang ingin terus melanggengkan kekuasaan. Terdengar familiar? 😉
Jadi, film mencuri raden saleh ini bisa menjadi pelajaran bagi kita jika ingin membalas oligarki, caranya sederhana: balas dengan keserakahan mereka sendiri!