
Ternyata jepang mencintai gamelan Indonesia, itu merupakan untaian kalimat yang indah dan nyaris mustahil, karena bagaimana mungkin seni tradisional yang nyaris tak dilirik lagi oleh generasi Indonesia itu malah di cintai negara lain sekelas jepang?
Namun ternyata hal itu tidak mustahil, seorang kontributor kompas yang memang bermukim di jepang, Junanto Herdiawan, mewartakan kalau di jepang ternyata seni hiburan karawitan yang notabene asli indonesia sangat dihargai disana, bahkan masuk dalam kategori hiburan kelas tinggi. Masyarakat jepang suka mendengarkan alunan musik dari kesenian itu karena harmonisasinya yang apik dan lantunannya yang lembut, sehingga bisa memberikan efek relaksasi dan menghilangkan stress bagi siapa saja yang mendengarkannya
Pendapat itu bukanlah pendapat pribadi Junanto Herdiawan semata, tapi merupakan pendapat orang jepang asli bernama Morishiga-san (tambahan -san adalah prefix khas bagi orang jepang-red) yang juga tergabung dalam grup gamelan Lambangsari Jepang. Ia berkesempatan berbincang dengan Morishaga-san yang saat itu baru usai pentas “Gado-Gado Gamelan 2012” pada hari minggu kemarin (3 Juni 2012) di Nippori Sunny Hall yang berlokasi dekat stasiun JR Nippori di Tokyo.
Menurut Junanto, hal yang paling menarik dari grup kesenian gamelan karawitan ini adalah hampir seluruh pemain gamelannya itu orang jepang asli, hanya satu orang yang berasal dari Indonesia. Masih menurut Junanto, di lokasi pentas Gado-Gado Gamelan 2012 itu ternyata dipenuhi pengunjung yang hampir sebagian besar berasal dari warga asli jepang, hanya beberapa orang Indonesia yang hadir disana, termasuk beberapa diantaranya mereka yang berasal dari KBRI.
Junanto menambahkan, kalau penampilan grup Gamelan lambangsari jepang yang sudah berdiri sejak tahun 1985 itu sangat baik, mulai dari komposisi langgam, maupun cengkok nyanyian dari pesinden yang mana adalah orang jepang asli alumnus university of Fine Art Major Soprano Vocal.
Selain dari pentas gamelan, grup Lambangsari jepang juga menghadirkan pentas ludruk yang bercerita tentang sepasang suami istri yang ingin berlibur ke banyumas. Dialog yang terjadi seluruhnya dibawakan dalam bahasa jepang dan sangat atraktif serta mengundang tawa penonton.
Grup lambangsari ini, Selain pentas di Tokyo, juga kerap mengadakan tur gamelan ke berbagai kota di Jepang. Bahkan mereka juga pernah mengadakan kolaborasi kerja sama dengan seniman Indonesia seperti Didik Niniek Thowok dan Ki Purbo Asmoro. Dari berbagai kerjasama dan kegiatan tersebut, ketertarikan masyarakat Jepang pada musik gamelan terlihat semakin meningkat.
Dari artikel diatas sebenarnya terlihat jelas, bahwa bangsa kita memiliki budaya yang juga bisa dijual dan dicintai, bangsa lain saja, seperti misalnya jepang, mau mempromosikan budaya bangsa kita, bahkan mereka menganggapnya hiburan kelas atas, pertanyaan besarnya adalah, bagaimana dengan kita? haruskah kita larut dalam budaya populer yang cenderung menawarkan hegemoni yang hedonis?
sumber artikel dan foto2 adalah dokumentasi pribadi Junanto Herdiawan, kontributor kompas